Mohon tunggu...
Hardiriyanto
Hardiriyanto Mohon Tunggu... Guru - Hardiriyanto, staf pengajar di SMP MARSUDIRINI Bogor.

Terus berusaha dan mencoba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Paikem Gembrot: Guru Bak Pelatih Sepak Bola

14 April 2021   11:19 Diperbarui: 14 April 2021   12:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi pembelajaran yang menyenangkan bisa terjadi karena terdapat kemungkinan mereka sudah menemukan unsur-unsur pembangun karya sastra puisi pada pembelajaran sebelumnya dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan atau penyingkapan (disovery learning). Mereka memulainya dengan memahami konsep, arti, serta hubungan antarunsur pembangun karya sastra puisi hingga pada sebuah kesimpulan sementara (hipotesis).

Kondisi pembelajaran yang gembira bisa terjadi karena terdapat kemungkinan hipotesis pada pembelajaran sebelumnya terjawab pada pembelajaran kini dengan metode pembelajaran inkuiri (inquiry learning). Mereka memulainya dengan memikirkan dan menelaah unsur-unsur pembangun karya sastra puisi secara kritis. 

Kondisi pembelajaran yang berbobot bisa terjadi karena terdapat kemungkinan mereka mulai menganalisis unsur-unsur pembangun karya sastra puisi dengan menunjukkan bukti-buktinya. Perpaduan antara metode disovery learning dan inquiry learning sangat terasa dalam prosesnya. Apalagi jika peserta didik sudah sampai pada tahap mengevaluasi dan mencipta karya sastra puisi.

Pada akhirnya, KBM pun terkesan mengutamakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Mengapa begitu? Sejak awal, pertengahan, hingga akhir pembelajaran, tingkat kemampuan peserta didik secara individual maupun kelompok relatif terpenuhi dengan amat baik. Pada tahap awal, level kognitif 1 mereka tercapai dengan mengingat dan memahami konsep. Pada tahap pertengahan, level kognitif 2 mereka tercapai dengan mengaplikasikan konsep.  Pada tahap akhir, level kognitif 3 mereka tercapai dengan menganalisis, mengevaluasi, dan atau mencipta karya sastra puisi.

Ilustrasi tentang sepak bola dan pembelajaran tersebut membuktikan adanya hal-hal yang relatif sama antara sepak bola dan belajar bahasa Indonesia. Hal ini cukup beralasan. Bukan secara kebetulan karena penulis menyukai olahraga sepak bola dan merupakan seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Strategi permainan sepak bola dan metode pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki kesamaan dalam proses pemaksimalan tujuannya. Keduanya sama-sama mengoptimalkan prinsip pembelajaran aktif, kreatif, dan efektif.

Akan tetapi, untuk mewujudkan inovasi, menciptakan kondisi menyenangkan dan gembira, serta bobot permainan atau pembelajaran yang baik merupakan hal yang tetap perlu menjadi perhatian pada bagian proses hingga akhir.  Sang pelatih tetap memiliki peran yang sangat vital agar dapat mengarahkan anak asuhnya sampai pada kondisi tersebut. Demikian pula bagi sang guru. Ia tetap memiliki peran yang sangat vital dalam upaya mengarahkan para peserta didik  agar mengalami kondisi tersebut.

Dengan demikian, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot (paikem gembrot) dapat terwujud sesuai dengan skenario permainan dan atau pembelajaran. Analogi permainan sepak bola menandakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi ternyata memiliki peran yang sangat dominan dalam ranah pengetahuan maupun keterampilan peserta didik.

Oleh karena itu, jika peserta didik telah menguasai aspek pengetahuan pada level 1 dan level 2, sebaiknya guru tetap mengarahkan mereka agar mampu menguasainya hingga level 3. Meskipun terbatas ruang dan waktu pada masa Pandemi Covid-19, sesungguhnya guru memiliki banyak alternatif cara yang dapat mengoptimalkan level kognitif 3 setiap peserta didik. Walaupun guru mengacu pada kurikulum mandiri, peserta didik tetaplah memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Seperti apa pun bentuk kinerjanya, guru tetaplah guru. Pelatih sepak bola tetaplah pelatih sepak bola. Profesi keduanya tetap berbeda. Namun, ternyata prinsip paikem gembrot dapat ditemukan pada sepak terjang mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun