Mohon tunggu...
hardin
hardin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Hadiah Untukmu Ibu”

19 Mei 2016   10:03 Diperbarui: 19 Mei 2016   10:15 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara adzan subuh mulai terdengar ditelingaku sesegera mungkin aku bangun walaupun rasa malas masih menggangguku. Bergegas aku ambil air wudhu lalu kukenakan mukenaku. Tepat jam 5 aku mulai mandi, suara air yang mengalir membuatku semangat untuk mandi di pagi hari. Sinar matahari mulai menyinari segera aku memakai sepatu dan kukenakan jilbabku lalu berangkat sekolah. Seperti biasanya aku sarapan dengan bergegas agar tidak telat.

“Bu.. Ibuk..” kataku sambil mencari ibu dihalaman belakang rumah.

“Ya nak  ada apa?” sahut ibuk.

“Bu.. aku berangkat sekolah dulu ya? Kataku sambil mencium tangannya.

“Ya belajarlah dengan sungguh sungguh nak agar kelak menjadi orang sukses.” Jawab ibu sambil memberikan uang saku.

Akhirnya aku mulai jalan kaki sampai di jalan desa untuk menunggu angkot yang lewat. Memang biasanya aku berangkat diantar bapakku tetapi karena bapakku sudah berangkat kerja tadi pagi apa daya aku harus berangkat naik angkot. Didalam angkot banyak sekali orang yang naik hingga berdesak desakan panas, bau mulai menyebar karena kecilnya angkot. Sampai di terminal aku harus oper bis untuk sampai di sekolah. Sekolahku memang terletak di kabupaten sedangkan rumahku terletak di desa hingga aku harus menempuh jarak yang cukup jauh.

Tibalah aku di sekolah dengan tergesa gesa aku masuk lewat pintu gerbang selatan. Suara riuh mulai terdengar ketika memasuki area sekolah. Sampai di kelas langsung aku meletakkan tasku dan memandangi teman temankku yang melihatku keheranan karena berangkat siang walaupun sebenarnya belum telat.

“Tet...tet...tet...! Bel berbunyi tanda pelajaran pertama akan dimulai. Rasa malas karena jam pertama merupakan pelajaran Fisika. Aku menghela nafas panjang, karena pelajaran yang paling menakutkan akan dimulai. Menghitung, menghafalkan rumus dan mengerjakan soal soal yang sulit merupakan alasan aku tidak menyukainnya. Tak disangka guru fisika yang mengampuh di kelasku datang tepat waktu.

Nilai ulangan Fisika akan dibagikan,dan rasa gugupku tiada henti.”Anak anak nilai kalian pada ulangan kali ini sangat tidak memuaskan,apa kalian tidak belajar,heh?Nilai terbaik hanya 71.Saya akan  bagikan nilainya tetapi tolong ditingkatkan belajarnya!”Kata Bu Siti dengan nada tinggi.Kulihat nilaiku  sangat tidak memuaskan dan aku sangat kecewa.

Teeeeeeeet..!Waktunya istirahat, temanku langsung pergi ke kantin sedangkan aku tidak karena aku membawa bekal dari rumah toh banyak juga teman temanku yang membawa bekal dari rumah karena lebih irit dan higenis. Tak lama kemudian temanku datang menghampiriku dan mengajak aku makan bersama.  Setelah selesai makan aku membaca materi yang akan dipelajari nanti entah apa yang terlintas dipikiranku aku teringat ibuku dirumah. Tak kusangka bahwa besok adalah hari ulang tahun ibuku aku berfikir akan membeli hadiah untuk ibukku.

***

Sepulang sekolah aku pergi ke toko untuk membeli hadiah bersama temanku Ria. Aku memilih mukena dan sajadah yang akan ku beli untuk kado ulang tahun ibuku.

“Gimana nih ri, kalo ini aja bagus tidak”? Tanyaku kepada Ria sembari memegang mukena dan sajadah yang aku pilih.

“Itu bagus kok Vin”? Kata Ria kepadaku.

Lalu aku membawanya ke kasir dan membayarnya kemudian aku suruh pegawai untuk sekalian membungkusnya. Kemudian aku pulang berboncengan dengan temankku Ria. Sesampainya terminal aku turun dan ternyata bapakku sudah menunggu ditempat biasanya.

Keesokan harinya pada hari minggu aku membantu ibu bersih bersih rumah. Setelah selesai aku segera mandi dan menyerahkan hadiah yang sudah aku beli kemaren.

“Buk...”  kataku sambil membawa kado.

“Ya nak ada apa”? Sahut ibuku.

“Aku punya sesuatu buat ibuku”! Jawabku dengan menyerahkan kado yang aku bawa.

Kemudian ibuku membuka kado yang aku berikan. Tak kusangka ibuku suka apa yang aku berikan dan ibuku meneteskan air mata karena kado yang aku berikan dan ku beli memakai uang saku yang aku kumpulkan setiap hari, kemudian ibu memelukku dengan erat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun