"Ya karena itu bu saya mohon maaf...saya khilaf.."
"maksudnya?" aku mulai gusar karena tidak tahu arah pembicaraannya.
"Saya sebenarnya sudah tahu dalam minggu ini bapak akan pergi dengan mas Ardi dan tak akan kembali lagi" jawabnya lirih.
"Ngomong yang jelas Sus, maksudmu apa?" pintaku mulai tak sabar.
"Sejak ayahnya ibu masuk rumah sakit, ibu sering ke rumah sakit dan sering menginap disana. Ketika ibu pergi, bapak mengajak seorang ibu ke rumah ini. Mas Ardian memanggil dengan tante Erni."
"Erni siapa?" potongku tak sabar, tapi mengira-ira apakah Erni temanku yang  mantan istrinya?
"Tidak tahu bu, Kelihatannya dia sudah akrab dengan bapak dan mas Ardian. Dia yang mengasuh mas Ardian, mulai dari menyuapi sampai mengajaknya bermain, mas Ardian tidak boleh cerita ke ibu, kata bapak ke mas Ardi, katanya kasihan ibu capek mengurus kakeknya Ardi. Kalau berhasil tidak memberitahu ibu, mas Ardian akan dibelikan apa saja yang dia mau"
"Ayah meninggal sudah setahun yang lalu, apa setahun ini yang namanya Erni itu masih suka ke sini?" potongku menyelidik.
"Kadang-kadang sih bu tapi kalau pas ibu tidak ada, pas belanja kaos dagangan atau ke tempat sablon" jawab Susi takut-takut.
"Kenapa kamu tidak lapor ibu, apa kamu juga dijanjikan diberikan apa saja seperti Ardian?"
"Enggaklah bu...", katanya mengelak.