Mohon tunggu...
Hardini Mahanani
Hardini Mahanani Mohon Tunggu... -

Meninggalkan profesi dokter gigi sejak lebih sepuluh tahun lalu untuk menjadi manajer rumah tangga 'full time'. Baru mulai nge-blog dan belajar menulis yang ringan-ringan untuk selingan disela-sela kesibukan rutin dengan si kecil. Hobby traveling, meski belum banyak tersalurkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keep on Smiling, Anna!

3 April 2011   05:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya karena itu bu saya mohon maaf...saya khilaf.."

"maksudnya?" aku mulai gusar karena tidak tahu arah pembicaraannya.

"Saya sebenarnya sudah tahu dalam minggu ini bapak akan pergi dengan mas Ardi dan tak akan kembali lagi" jawabnya lirih.

"Ngomong yang jelas Sus, maksudmu apa?" pintaku mulai tak sabar.

"Sejak ayahnya ibu masuk rumah sakit, ibu sering ke rumah sakit dan sering menginap disana. Ketika ibu pergi, bapak mengajak seorang ibu ke rumah ini. Mas Ardian memanggil dengan tante Erni."

"Erni siapa?" potongku tak sabar, tapi mengira-ira apakah Erni temanku yang  mantan istrinya?

"Tidak tahu bu, Kelihatannya dia sudah akrab dengan bapak dan mas Ardian. Dia yang mengasuh mas Ardian, mulai dari menyuapi sampai mengajaknya bermain, mas Ardian tidak boleh cerita ke ibu, kata bapak ke mas Ardi, katanya kasihan ibu capek mengurus kakeknya Ardi. Kalau berhasil tidak memberitahu ibu, mas Ardian akan dibelikan apa saja yang dia mau"

"Ayah meninggal sudah setahun yang lalu, apa setahun ini yang namanya Erni itu masih suka ke sini?" potongku menyelidik.

"Kadang-kadang sih bu tapi kalau pas ibu tidak ada, pas belanja kaos dagangan atau ke tempat sablon" jawab Susi takut-takut.

"Kenapa kamu tidak lapor ibu, apa kamu juga dijanjikan diberikan apa saja seperti Ardian?"

"Enggaklah bu...", katanya mengelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun