BALADA KUASA AIRLANGGA, BALADA DOA TUMAMBONG || Puisi Dian Chandra
Pertikaian bertahta pada napas Airlangga
menggusur peraduan menuju pertempuran yang kekal
sedang Dyah Tumambong kukuh pada doanya
merayu Bhatari yang bermukim dalam patung kayu
semsemsemwesweswes
semsemsemwesweswes
semsemsemwesweswes
semsemsemwesweswes
....
Tumambong larut menyanjung Bhatari
bergelantungan pada mantra keramat
sedang Airlangga teramat kacau
sebab raja wanita bagai hantu belau
mengacau obsesi pertempuran
Paraniran palaradan ri kala sri maharaja katalaya sanke wwatan mas mara i patakan
Airlangga nelangsa ke Patakan
Wwatan Mas tinggal angan
sedang Tumambong dalam percakapan rayuan
yang menghantar Bhatari dalam dekapan ucapan
"Pertapaan baru untukmu, Bhatari Archarupa!"
Bhatari terkikih-kikih
kengerian melekat kini
membawa gaduh
pada sunyi
yang mula-mula bersembunyi
di ketiak Airlangga
yang sama sepinya
Napsu mengutuki darah Airlangga
kalah dan kemenangan adalah permulaan
dari masa depan yang kosong;
yang menjadi bayang-bayang Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan
Bukankah menang jadi arang
dan
kalah jadi abu?
Lantas selepas napas menyeret angka-angka pertempuran
yang berderet
melampiaskan kuasa,
akankah datang demam
yang bersarang dalam tubuh kebajikan
?
Saat-saat Tumambong membungkus lutut dengan perca keraguan
adakah doa yang membawa maut?
yang dibentur-benturkan ingatan
Toboali, 23 Maret 2022
Catatan:
Puisi terinspirasi dari Prasasti Terep.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H