Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dari Prasasti Jawa Kuno Jadi Puisi

6 November 2023   07:15 Diperbarui: 6 November 2023   07:33 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BALADA KUASA AIRLANGGA, BALADA DOA TUMAMBONG || Puisi Dian Chandra

Pertikaian bertahta pada napas Airlangga
menggusur peraduan menuju pertempuran yang kekal
sedang Dyah Tumambong kukuh pada doanya
merayu Bhatari yang bermukim dalam patung kayu

semsemsemwesweswes
semsemsemwesweswes
semsemsemwesweswes
semsemsemwesweswes
....

Baca juga: Prasasti Sangguran

Tumambong larut menyanjung Bhatari
bergelantungan pada mantra keramat
sedang Airlangga teramat kacau
sebab raja wanita bagai hantu belau
mengacau obsesi pertempuran

Paraniran palaradan ri kala sri maharaja katalaya sanke wwatan mas mara i patakan

Airlangga nelangsa ke Patakan
Wwatan Mas tinggal angan
sedang Tumambong dalam percakapan rayuan
yang menghantar Bhatari dalam dekapan ucapan

"Pertapaan baru untukmu, Bhatari Archarupa!"

Bhatari terkikih-kikih
kengerian melekat kini
membawa gaduh
pada sunyi
yang mula-mula bersembunyi
di ketiak Airlangga
yang sama sepinya

Napsu mengutuki darah Airlangga
kalah dan kemenangan adalah permulaan
dari masa depan yang kosong;
yang menjadi bayang-bayang Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan

Bukankah menang jadi arang
dan
kalah jadi abu?

Lantas selepas napas menyeret angka-angka pertempuran
yang berderet
melampiaskan kuasa,
akankah datang demam
yang bersarang dalam tubuh kebajikan
?

Saat-saat Tumambong membungkus lutut dengan perca keraguan
adakah doa yang membawa maut?
yang dibentur-benturkan ingatan

Toboali, 23 Maret 2022

Catatan:
Puisi terinspirasi dari Prasasti Terep.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun