Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Prapanca || Puisi Dian Chandra

24 Oktober 2023   07:43 Diperbarui: 24 Oktober 2023   07:50 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prapanca berumah dalam puisi
menguraikan pupuh demi pupuh:
pucuk-pucuk kepemimpian Majapahit
yang bermula dari kesepakatan Kertarajasa Jayawardhana dan Wiraraja
yang lalu menghantarkan kegilaan Jayanagara
Sebuah kerakusan yang paling prihatin
memberi ruang dendam di sayup-sayup nurani Tanca

Namun, Prapanca terlampau penurut
pupuh-pupuhnya mengantarkan ketenangan dalam kematian Jayanagara
serupa kedamaian di wajah Wisnu dan Buddha
memaksa Rajapatni Gayatri sejenak berhenti bertapa
untuk mendekap putri dan cucunya
dalam kemegahan tahta
apapun kepastian dan penderitaannya!

Prapanca menyibak pelan perjalanan leluhur Hayam Wuruk
mengalami pupuh demi pupuh
dengan keringat perjumpaan
yang berjejak di sepanjang kunjungan:
tempat orang-orang berduyun-duyun
merayu Dewa dan leluhur
di punggung peristiwa
untuk memapah kehidupan

Toboali, 01 April 2022

Catatan:
Puisi terinspirasi dari Kitab Nagarakrtagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun