Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukit Batu Kepale || Puisi Dian Chandra

23 Oktober 2023   21:14 Diperbarui: 23 Oktober 2023   21:35 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kukatakan, bangka selatan tak pernah kosong
waktunya dipenuhi beraneka jaman
yang mendadak hening di kepala kita
-- hanya mengingat kawin herdek, ruwah, dan baju lebaran

lalu bukit batu kepale menjumpai kita
masih dalam keheningan isi kepala kita
yang telah disenyapkan oleh pasir pasir timah
dan lobster yang berenang
renang di kolam investor asing

kukatakan, aku mulai mencuri dengar percakapan panjang
di bukit batu kepale,
ialah manusia purba
yang menyembunyikan muasalnya
pada goresan goresan tangan

-- mereka bersembunyi
bersemayam dalam keheningan
yang tak kalah panjangnya
padahal telah cukup mengisi waktu
yang kini kita telanjangi
dengan terburu buru:
membikin matahari
berdiri di atas kepala: kita

Toboali, 28 Mei 2022

Catatan: Puisi terinspirasi dari Bukit Batu Kepale, sebuah bukit di Bangka Selatan yang disinyalir menyimpan jejak-jejak masusia prasejarah. Adapun kawin herdek, ruwah, lobster, dan timah ialah hal-hal yang berkaitan dengan Bangka Selatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun