Contoh cerpen mental health:
Amirah sedang berdiri di depan sebuah cermin besar. Gadis berlesung pipit itu, menatap dirinya sendiri yang muncul dalam cermin tersebut. Perlahan, dia meraba seluruh tubuhnya. Senyum ganjil tersungging pada wajahnya yang ayu.
"Sempurna!" Dia berucap lantang. Matanya menatap nanar pada sebuah peti kayu di sudut kamar. Senyum ganjil kembali tersungging. Kali ini disertai dengan tawa kencang dan raut wajah yang mendadak menyeramkan.
"Kini, tak ada lagi yang akan menyakitiku. Kau telah mat1, lelaki bajingaaan!" Kembali teriakan dia lantangkan. Dia bergerak menuju ke arah peti kayu, sedang senyum ganjil itu masih betah berlama-lama di sana.
Gadis berambut perak itu dengan gesit membuka peti kayu. Kemudian mengacak-acak isi di dalamnya. Dia mengambil salah satunya, sebuah potongan tangan.
"Sudah kubilang, hatimu itu milikku. Lihat, hatimu tumbuh subur di sini!" Gadis berwajah mungil itu mengarahkan sepotong tangan ke dadanya, persis di hatinya. Tak puas, dia pun membuka bajunya dan menunjukkan bekas jahitan di sana.
"Lihat! Lihaaat!" teriaknya, dengan air mata yang mendadak terjun bebas ke pipinya yang merona itu.
"Lihat. Hatimu muat di sini." Dia mengusap-usap tangan yang semakin lama berbau bangkai. Lalu dia arahkan ke lehernya, seakan-akan tangan kekasihnya sedang membelai leher jenjangnya. Dia memejamkan mata. Menahan tangis.
Amirah mengingat-ingat, saat-saat bagaimana hatinya remuk berkali-kali. Sebab, Ren, si kekasih kerap menyakitinya. Berselingkuh berulang-ulang.
Seketika tawanya muncul, lalu mengusap kasar wajahnya. Gadis bertubuh ramping itu segera berdiri. Dia yakin betul, sebentar lagi polisi akan tiba. Cepat-cepat ditutupnya peti kayu. Menyeretnya dengan susah payah menuju ke pintu belakang.
Begitu mencapai dapur, cepat-cepat diambilnya korek api dan bensin. Lalu menuangkan bensin ke segala arah dapur. Sisanya dia tuangkan pada kandang ayam di halaman belakang.
Kemudian dengan cepat dibuatnya api dari sebatang korek api, yang lalu merambat ke segala bekas muntahan bensin.
Suara sirene polisi mulai terdengar. Lekas, dia seret peti kayu. Tak lupa dia rogoh salah satu tangan, dan melemparnya menuju nyala api.
Kemudian gadis bernama lengkap Amirah Prasoba itu raib menuju kegelapan malam, jauh di balik rimbunnya pohon-pohon karet. Meninggalkan kawanan polisi yang mendadak sibuk memadamkan api yang kian menyala-nyala.
Tamat
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H