Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aksara Mimpi || Bab 3 Ilusi

8 Oktober 2023   11:49 Diperbarui: 8 Oktober 2023   12:56 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/vectors/penyakit-kejiwaan-kecemasan-murung-4364348/

Kawah Putih Ciwidey adalah negeri dongeng yang menjadi nyata, dengan kabut putih yang tak ada habisnya. Pun dingin yang menusuk tulang, dan ranting-ranting mati yang masih tertancap, membuat siapa pun yang berada di sana akan terhisap ke dalam alam mimpi.

Bayangkan di balik tebalnya kabut terdapat kehidupan para peri mungil. Lalu di sana, lebih jauh lagi, di balik angkuhnya perbukitan rupanya berdiri kokoh istana kuno ala kastil negeri dongeng. Bayangkan pula kau tersesat di kawah putih itu. Peri-peri mungil berhidung mancung mulai menghampirimu. Bertanya ini dan itu, lalu mengasihanimu yang tersesat tak tahu arah jalan pulang.

Bayangkan pula kau bermalam di sana, di pemukiman para peri yang serupa kunang-kunang di malam hari. Mereka menyambutmu dengan suka cita, menyalakan api unggun hanya untuk menghangatkan tubuhmu yang mulai gemetar kedinginan, kemudian menari-nari menyambutmu dalam kumpulan mereka.

Bayangkan jika sesungguhnya kau tak benar-benar tersesat, tetapi sedang menghindari kejaran seorang penyihir hitam. Kau telah berbohong kepada para peri. Karena ulahmu itu mereka akan terkena imbasnya. Penyihir hitam akan mematikan mereka dan menghancurkan pemukiman mereka. Kemudian, karena tak ingin ada yang celaka, kau pun bergegas berjalan menuju ke istana kuno dengan seorang diri. Lalu sesaat setelah kepergianmu, nasib buruk menimpa kawanan peri. Entah karena ulah dari penyihir hitam, atau justru karena ulahmu sendiri, Si Putri Tanpa Nyawa?

Kau pun tiba di istana kuno. Kali ini kau memulai aksimu kembali; pura-pura tersesat, tak tahu arah pulang. Setelahnya dengan mulut manismu kau rayu penguasa di sana untuk memuliakanmu, lalu sesudahnya kau bunuh semuanya, seisi istana kuno.

Akhirnya seperti biasa, penyihir hitam datang terlambat. Kau pun melaju kembali menuju negeri dongeng lainnya.

Rena menceritakan sebuah dongeng kepada Salvat, di hadapannya terbentang kawah. Rena ingin bercerita lebih banyak lagi. Kawah Putih Ciwidey telah meledakkan seluruh imajinasinya hingga ia tak sabar ingin berkisah.

"Bagaimana jika di Goa Belanda itu berdiam diri seekor naga seukuran buaya pada umumnya?" Rena menunjuk sebuah gua buatan karya kolonial Belanda.

"Kenapa naga itu hanya berukuran kecil?" tanya Salvat yang mulai lelah mendengar ocehan Rena.

"Namanya juga imajinasi. Hehehe ...." sahut Rena.

"Baiklah, cukup dengan dongeng hitammu itu! Ayo, kita bergegas ke tempat lainnya!" ujar pria pemilik mata hijau warisan ibunya itu, tangannya menarik kencang tangan gadis di sampingnya hingga gadis mungil itu berteriak kesakitan. Namun, pria jangkung itu tak peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun