Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Aksara Mimpi || Bab 2 Salvat Breogan

8 Oktober 2023   10:44 Diperbarui: 8 Oktober 2023   11:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/vectors/penyakit-kejiwaan-kecemasan-murung-4364348/

Suasana di dalam gerbong tampak sepi. Belum apa-apa Rena sudah merasa lapar. Beruntung seorang prami lewat, ia pun lantas memesan makanan yang familiar baginya, yaitu Hokben. Setelah pesanannya tiba, ia pun makan dengan tenang.

Kereta bersiap meluncur. Rena menegakkan sandaran kursi. Ia tak ingin jatuh tertidur saat dalam perjalanan. Ia bermaksud menikmati setiap pemandangan yang akan dilewati. Kereta pun meluncur pada jalurnya. Rena bersiap untuk menikmati keindahan yang dibawakan oleh kereta di sepanjang perjalanan. Beruntung, ia duduk tepat di kursi samping jendela sebelah kiri.

Mata Rena terus terpukau, sembab di wajahnya pun seakan berganti dengan rona merah muda. Pertanda betapa senangnya ia saat itu.

Kereta melintasi jalur selatan, terlihatlah keindahan alam Parahyangan. Ditambah pula dengan keseruan saat kereta melewati beberapa jembatan dan juga terowongan. Seketika Rena merasakan sensasi yang berbeda.

Kemudian pada lintasan terowongan berikutnya, seorang pria muda menyapanya.

"Hola. Cmo ests?" sapa pria asing berkulit eksotis kepada Rena yang menatap balik tak berkedip. Pria asing itu seakan-akan telah lama mengenal Rena.

Rena yang semula sempat terkesima akan ketampanan pria yang menyapanya, segera menguasai dirinya. Rena menampilkan ekspresi kebingungan. Bukan, bukan karena ia tak paham akan bahasa yang digunakan oleh si pria asing. Hanya saja, ia tak tahu harus menjawab apa. Ia tak pernah disapa oleh pria setampan pria di hadapannya ini.

"Boleh aku duduk di sebelahmu? Aku butuh teman ngobrol," desak si pria. Rena pun hanya bisa melongo. Tak menyangka bila makhluk tampan yang telah berganti posisi berada di sampingnya, ternyata juga mahir berbahasa Indonesia. Makin kikuklah Rena. Wajahnya merona merah tak kira-kira.

"Perkenalkan, namaku Salvat! Salvat Breogan."

Si pria menyorongkan tangan kirinya, berharap disambut oleh Rena. Ragu-ragu Rena pun memberikan tangannya untuk disentuh oleh pria asing yang ternyata bernama Salvat. Kemudian, cepat-cepat ditariknya kembali.

Salvat tersenyum melihat tingkah Rena. Semakin salah tingkahlah Rena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun