Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Sapatha dari Negeri Seberang: Bab 1 Limpu || Novel Dian Chandra

7 Oktober 2023   17:30 Diperbarui: 7 Oktober 2023   17:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Limpu mendengarkan setiap kisah ibunya dengan seksama sembari membayangkan adegan demi adegan dalam setiap kisah.

Kali lain, ibunya berkisah tentang tujuh orang bajak laut bermata sipit yang kapalnya karam di ujung selatan Pulau Vanka. Singkat cerita, ketujuh bajak laut itu mendapatkan kutuk dari warga pribumi.

Ada pula kisah pelayaran manusia pertama di bumi, atau kisah bagaimana seorang pendeta Hindu dilarang menyeberangi lautan hingga seorang pendeta cerdik bernama Agastya berhasil mengakalinya dengan cara menghisap seluruh air di daratan hingga kering yang menyebabkan perutnya menjadi buncit.

Limpu menerka-nerka apa maksud ibunya ini berkisah tentang perahu, pelayaran, bajak laut, dan lautan. Adakah keterkaitan di antara semuanya? Limpu belum mampu menjawabnya. Keningnya berkerut. Tanda ia berpikir keras.

Melihat reaksi putranya, sang ibu hanya tersenyum. Dielusnya pipi sang anak lalu mencium keningnya.

“Coba perhatikan, dalam setiap kisah menyimpan makna tersembunyi. Sebagian memberitahukan bahwa dalam kehidupan ini tak semua aturan harus dilanggar, ada beberapa peraturan yang bisa diakali hingga tak perlu terkena tulah,” jelas ibunya. Limpu pun tertidur dalam senyumannya.

Dalam keremangan malam, sang ibu bermaksud melakukan lelaku puja kepada dewi pujaannya. Diambilnya sebuah arca mungil yang tersimpan di dalam beras. Sebuah arca berwujud perempuan nampak berkilauan di bawah cahaya lampu.

Dipeluknya arca mungil itu. Matanya berkaca-kaca mengingat masa lalunya yang remuk karena ulah suaminya.

(Bersambung)

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun