telah kutempuh lampau
untuk menengok biku gandasari
di atap pengetahuan
yang mengusap wajah dengan hikayat panji kuda semirang
meletakkan segala keinginan
pada tapa dan pengetahuan
telah kutempuh laluan
dengan takhta yang tergeletak di lantai candi
yang ditinggalkan biku kilisuci
menyambut wahyu pertama
jauh di barisan pegunungan
telah kutempuh dahulu
yang ramai kuasa
di bilik-bilik majapahit
yang orang-orang berpawai
menyebut-nyebut tribhuwana wijayatunggadewi: kekasih keheningan
yang mengawinkan peperangan
hingga beranak kedamaian
telah kutempuh jauh-jauh lampau
di lorong-lorong candi prambanan
saat-saat pramodhawardani mengiringi hindu dan buddha
hanyut dalam kesatuan laluan
menuju sesembahan
saat-saat permaisuri balitung menjelma arca jongrang
serupa cinta balitung
serupa suara hati kekasih
yang rimbanya berjalan lurus
menghidupkan peradaban
telah kutempuh segala lampau
hingga kutepikan diri
pada bibir riwayat
sedang jemari mengetuk-ngetuk layar pintar
"Bu, tugas telah saya kirimkan melalui surel."
Toboali, 01 Maret 2022
Catatan: puisi terinspirasi dari sejarah kerajaan kuno Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H