Langit Argopuro, memayungi para pencari ilmu
yang terbata-bata mengeja kitab dari lembaran kulit lembu
yang tertatih-tatih kaki, mendaki pondok Mahaguru
jauh di puncak tertinggi
Kabuyutan Kalyasem, aku menginginkannya, merindu pada bait-bait suci yang kuno dan bertuah
Aroma kebajikan yang tenang di sana, bermukim di segala letak arca
Tempat pinta dan harapan, juga bakti
Seorang lelaki yang bernas, mengukir rindu pada sebongkah batu
tentang rasa, tentang ingin, tentang birahi
Mandala Sagara, dipenuhi oleh lakon hidup
Ada dia si pecinta
Ada dia si hati bersih
Ada dia si pengabdi
Ada dia si penimba ilmu
Ada dia si, si, si, siapapun
Langit Argopuro, mendekap Kabuyutan Kalyasem yang telah sesak oleh bermacam bahan ajar, pun guru
Langit Argopuro, merangkul Mandala Sagara
yang hari-harinya ramai pengunjung
dengan membawa: tawa, air mata, kejayaan, kesombongan, dan keingintahuan.
Adalah kau, Panji, lelaki bertopi
Tengah bernas, birahi memuncak
Ingin kekasih hati, kembali
"Rindu sudah di ubun-ubun," katamu lirih
pada gadis di ekor mata Sang Mahaguru: aku
Aku mengikut. Hanya ikut-ikutan
Kau mulai berkisah dan mendongengkan masa depan
sedang aku membuang muka
teringat mantra, dan laku puja yang diajarkan tadi
Ohh, betapa malang jiwaku kelak
terkurung dalam gemerlap tahta
sedang kau yang mengaku kekasih hati
tak mungkin menginginkanku seorang
Kelak akan ada dia, dia, dia dan seribu dia lainnya