Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Bujang Harek (1942) || Cerpen Dian Chandra

1 Oktober 2023   09:10 Diperbarui: 1 Oktober 2023   09:15 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pejuang itu tampak duduk membelakangi pondok, melingkari api unggun. Bujang Harek memulai pembicaraan, ia bermaksud menyampaikan strateginya.

"Besok, kau si Bujang Angin dan Pak Wo, aku tugaskan memulai mata-mata dengan cara menyaru sebagai nelayan!" perintah Bujang Harek yang disertai anggukan kepala kedua kawannya itu.

Sementara Bujang Harek melanjutkan perencanaannya, diam-diam Atak merasakan suatu kejanggalan. Rasa-rasanya ada sepasang mata yang tengah memperhatikan aktivitas mereka. Ia pun menoleh ke sana ke mari, akan tetapi tak ia temukan apapun, kecuali sepasang mata bulat Burung Hantu yang bertengger di dahan pohon menggeris.

Atak mengingat-ingat tanggal berapa kah hari ini? Setelah menyadarinya, ia pun segera melihat ke atas langit. Benar saja, bulan purnama tampak sebagian dari balik rimbunnya dedaunan pohon. Segera, ia mengingatkan kawan-kawannya, namun tidak secara langsung, melainkan secara tersirat.

"Kawan-kawan, aku rasa lah waktu e kite istirahat! Besok kite agik banyak gawe!" ajak Atak. Bujang Harek memahami maksud dari ajakan kawannya itu. Segera diperintahkannya lah kawan-kawannya untuk masuk ke pondok. Biar ia yang akan berjaga-jaga di luar. Kawan-kawannya pun menurut, menyusuli Atak yang telah masuk pondok sedari tadi.

Bujang Harek tersadar jika mereka sedang diawasi oleh makhluk asing yang tak serupa dengan mereka. Ia tersadar setelah melihat gelagat Atak yang mencurigakan tadi. Selain itu, ia juga menyadari bahwa malam ini adalah malam ke-13, malam terang bulan. Menurut cerita yang ia dengar, makhluk asing itu akan menunjukkan diri pada tanggal 13, 14 dan 15, hanya untuk menyugih atau menyirih. Makhluk itu menyugih dengan menggunakan campuran daun simpur dan pucuk nipah. Namun, ada juga yang menyebutkan, sugih yang biasa makhluk itu konsumsi berasal dari pucuk daun keremuang yang dibuat serupa gumpalan.

Malam semakin larut, dingin semakin menusuk tulang. Api unggun di hadapannya semakin lama semakin berkurang kehangatannya. Bujang Harek melirik ke arah tempat penyimpanan kayu bakar. Rupa-rupanya, sudah tak ada lagi kayu bakar mau pun ranting kering yang tersisa. Maka, mau tak mau, ia harus berjalan menyusuri pepohonan di dekat markas mereka untuk mencari ranting-ranting kering dengan berbekal penerangan sebatang obor yang terbuat dari batang bambu. Tak lupa dibawanya pula senapan pemberian kakeknya, untuk berjaga-jaga.

Cukup jauh ia berjalan. Sebab, di sekitar pondok tak ia temukan satu batang ranting pun. Sehingga memaksanya berjalan lebih jauh lagi, memasuki hutan yang semakin lama semakin tak mendapatkan sedikit pun cahaya. Beruntung ia membawa obor sebagai penerang.

Akhirnya, ia pun menemukan beberapa ranting kering. Segera dipungutnya dan hendak dibawa pulang ke markas. Namun, tiba-tiba matanya tertuju pada suatu gumpalan basah yang tampak menjijikkan. Ia tak berani mendekat, pun dengan mencoba memegang gumpalan berupa lendir itu. Seketika ia teringat perkataan kakeknya sewaktu ia mengatakan akan bersemmbunyi di sebuah hutan.

"Jika menemukan gumpalan lender di hutan, jangan kau pegang. Segera lah lari! Itu bekas sugihnya Hantu Mawang!" tegas kakek berusaha mengingatkan cucunya perihal aturan-aturan yang berlaku di hutan. Sebagai rasa sayangnya kepada cucunya, dihadiahkan lah sebuah senapan agar dapat membantu cucunya kelak.

Bujang Harek bermaksud menjauh, namun lagi-lagi pandangannya tertuju pada sesosok makhluk tinggi besar yang berada sekitar 10 meter jauhnya. Tak jelas bagaimana rupa sosok itu. Bujang Harek mengarahkan obornya ke arah dimana sosok itu berada. Seketika ia pun terperanjat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun