di hidungku
tercium lempah kuning sisa semalam
: ia masih teronggok di dalam mangkuk
dengan kuah yang masih tetap kuning
tapi ia mengeluarkan aroma baru
dan aku tahu itu
lalu kumakan pelan-pelan
sembari mengenang pemukiman ikan
jauh di ujung pulau
tempat ia bertemu kura-kura bisu
usai menanamkan telur-telurnya di sebalik pasir pantai
yang sunyi
di hidungku, masih bermukim lempah kuning
bau yang paling lampau
: bangkai ikan
tapi aku tak peduli
bukankah ini jalanku?
menghadiri perjumpaan kuliner
dengan terlambat
usai meninabobokan anak-anak
yang energinya tak padam-padam
Toboali, 8 Maret 2023
Bionarasi
Dian Chandra aka Hardianti adalah seorang arkeolog lulusan S-2 UI. Puisi-puisinya kerap memenangkan berbagai event menulis. Pada tahun 2022 buku puisinya yang berjudul Jalan-jalan di Bangka masuk nominasi Buku Sastra Utama, pun tak ketinggalan puisinya yang berjudul Kita Menari dan Menyanyi Panji masuk ke dalam puisi pilihan dalam lomba Cipta Puisi Grup Facebook Hari Puisi Indonesia 2022. Kenali lebih jauh ia di:
IG: @dianchandra_files
FB: Dian Chandra
Email: dianchandrafiles@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H