"Sudah ... sudah! Biar kali ini Aksara Anindya saja yang bertutur. Ini kan nama anaknya. Mereka pasti akan cepat rujuk!"
"Tidak bisa!"
"Pokoknya ceritaku!"
"Bukuku!"
"Aku!"
Lalu ....Â
"Duaaar!"Â
Kertas-kertas berhamburan di lantai. Disertai dengan ocehan si lantai keramik yang sibuk menyumpahi buku-buku malang itu. Sebab, telah mengotori tubuhnya dan tubuh kaumnya.Â
"Bedebaaah!"
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H