JABATAN PALING LAMPAU Â || Puisi Dian Chandra
Kugali waktu dengan cetok yang mulai tak berbentuk
lapisan-lapisan tanggal kutemukan
ada engkau bermukim di dalam remukan arca:
perempuan beranggota badan serba montok
yang menyesap ingatan di paleolitik akhir
Kutemukan pula kisahmu
yang tak pernah habis dimakan rayap
Adalah kasih, adalah sayang, adalah cinta, adalah kesuburan, adalah kekayaan, adalah dewi, adalah mother goddess, adalah Ibu
Lagi, kugali waktu
untuk mengupas lapisan ingatan
yang tersimpan di bawah tanah
remahan kaki-kaki candi memanggil ruh:
Bhagawati Cidya Dewi
yang mula-mula mengantar kehidupan
dan mensucikan anak-anak dalam jilatan api
yang meletakkan kebahagiaan di abad kesembilan:
ia yang mengasuh para raja
dan menimang-nimang seorang bayi
serupa Gayatri yang mengasuh anak dan cucunya
Lagi-lagi, kucari-cari waktu
yang lalu ketemui di panel-panel relief candi:
Candi Banyunibo dan Candi Mendut
yang berdiam Dewi Hariti dan ratusan anak-anaknya
ia mengasuh dengan tak kenal waktu
yang lain-lain bergelayut di tubuhnya
yang orang-orang ramai meminta kesuburan
Adalah kini, kucuri waktu untuk duduk semeja, semakan denganku
bersama-sama kami kupas nasi goreng ibuku:
ada lelah, ada tawa, ada doa, ada harap, ada ingin, ada cinta, ada rindu, ada jabatan paling lampau
yang disebut Ibu
Toboali, 17 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H