Kubeli waktu, melalui penciptaan anak manusia. Usai gigil dini hari. Â kutahan-tahan kandung kemih agar tak melewatkan tumbuh kembang.
Kubeli anak manusia
Yang lantas saling bunuh.
Untuk mengikut degup di kepala. Membikin irama ratap di mana-mana. Nestapa pada tubuh-tubuh berhalimun nafsu dan pekat birahi.
Kubeli padang-padang kegilaan. Sudah sejak Qabil dan Habil menguasai kisah umat manusia. Selepas imaji-imaji keindahan tertanam di mimpi-mimpi.
Kubeli ingatan. Serupa keturunan Raden Wijaya
Yang melarung ingatan balas budi. Memanggil-manggil dendam di nurani Nambi.
Kubeli nasib, dari kata-kata ajaib. Menyeret Kunti, Calon Arang, dan Sri Tanjung dalam keramaian pikiran di ujung maut. Menjadi selimut duka. Gigil.
Kubeli segala, merampas minyak, gas, gula, dan tawa emak-emak
Yang genap berumah dalam getir. Menjelma kerikil-kerikil di ujung mata. Hingga lupa akan semoga
Dan doa berkepanjangan.
Yang luruh satu-satu di hadapan Tuhan.
Tak lagi kubeli apa-apa, "Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah".
Toboali, 26 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H