Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dian Chandra, Pagi yang Hendak Hengkang, dan Tiga September

1 September 2022   11:28 Diperbarui: 5 Oktober 2023   11:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam naungan pagi
Inginku lahap segala pinta
Agar tak lagi membangkitkan elegi
Nyanyian purba yang kerap menerjang dada & telinga;


Cermin yang bermukim di wajahku, mengendap-endap di ujung pagi
Hendak hengkang dari pekat ingatan lampau
Adalah rupa kubaringkan, ia--
Nyawa yang nekad meneguk pertengkaran lampau
Di tiap-tiap keheningan
Ruh pun terpanggil, ia--
Alasan yang selalu melagukan tuhannya

Toboali, 01 September 2022

###

Di kota yang gemar menyapa biji-biji timah ini
Impianku melemparkan diri satu per satu
Ada ke kanan, ada ke kiri, ada ke atas, ada ke bawah
Namun, ia yang menetap di ingatan kanakkanak tak pernah khianat
-- ia menyalakan matanya terangterang, &
menyuruhku membajui anakanakku
dengan bukubuku berdebu
yang kucuri dari perpustakaan es em pe

Cepatcepat kutempatkan tom sawyer, mark twain, & hannibal
pada kedalaman mata anakanakku
Hariharinya akan menyala
& merekahrekah, juga--
Ayatayat tuhan akan mendampingi,
membetulkan segala jalan
yang membikin girang
Nurani terlindungi,
oleh kening
yang berhenti sejenak
untuk menyapa tuhan
-- memberi makan ego sendiri
Di sanalah, setelahnya aku akan dudukduduk saja
menghabiskan cilok isi gajih sapi, hokben, & semangkuk lempah kuning
-- kita akan sungguhsungguh menyaksikan chef meramu dunia
dengan api tungku yang tak padampadam
Rerata nyalanya,
menghangatkan air mata
yang mendadak air terju
Adalah kerinduan pada anakanakku yang ramai
-- di suatu september 3,9,19

Toboali, 01 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun