Mohon tunggu...
Hardiansyah Tambunan
Hardiansyah Tambunan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer/Mahasiswa

Manusia yang tidak istimewa yang tidak pernah berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Manfaat dan Nilai Ekonomi Objek Wisata Bukit Lawang

18 Mei 2022   11:25 Diperbarui: 18 Mei 2022   11:31 2320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarana penunjang, fasilitas yang diperlukan wisatawan untuk melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi lebih mengutamakan agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang sedang dikunjungi, sarana tersebut antara lain:

  • Toko cinderamata (souvenir). Penjual-penjual cinderamata banyak ditemui di sekitar lokasi wisata yang menjual berbagai souvenir khas kerajinan tangan masyarakat setempat.
  • Toko serba ada (mini market). Masyarakat sekitar lokasi wisata sebagian mencari tambahan penghasilan dengan menjual berbagai kebutuhan penunjang bagi wisata dengan membuka toko serba ada (mini market) (Nasution, 2017).

GAMBAR 3. Sarana Wisata Bukit Lawang (Dok. pribadi)
GAMBAR 3. Sarana Wisata Bukit Lawang (Dok. pribadi)

VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA BUKIT LAWANG TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL)

      Valuasi (penilaian) ekonomi adalah upaya untuk menetapkan nilai kuantitatif pada barang dan jasa yang disediakan oleh sumber daya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non pasar (non market value) (Barbier et al., 1997). Penilaian ekonomi terhadap sumber daya alam dan lingkungan perlu dilakukan untuk menggambarkan peranan yang penting bagi kehidupan. Salah satu daya tarik wisata alam di TNGL adalah kawasan wisata alam Bukit Lawang, yang terdapat di Kecamatan Bahorok. Di Bukit Lawang terdapat Orangutan (Pongo abelii) semi liar, yang ternyata merupakan salah satu daya tarik wisata utama bagi para wisatawan asing. Selain itu, sesuatu yang paling menarik bagi seorang wisatawan untuk dinikmati pada saat melakukan kegiatan wisata adalah sungai, kebudayaan, tracking, dan tumbuhan seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Obyek Wisata yang Disukai oleh Wisatawan Asing di Obyek Wisata Alam Bukit Lawang, TNGL

Sumber: Dewi (2008)
Sumber: Dewi (2008)

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa alasan dan tujuan utama wisatawan asing datang berkunjung ke objek wisata alam Bukit Lawang adalah untuk melihat Orangutan, yaitu 100% dari wisatawan asing yang datang berkunjung ke objek wisata alam tersebut. Menurut negara asal dan biaya perjalanan wisata, wisatawan asing dibagi menjadi 9 negara. Nilai total ekonomi secara global dihitung dari rata-rata biaya perjalanan yang diperoleh dari rata-rata pengunjung yang berkunjung setiap tahunnya, diperoleh angka sebesar Rp50.483.976.499/tahun. Angka tersebut diperoleh dengan mengalikan rata-rata biaya perjalanan/kunjungan dikali dengan jumlah kunjungan/tahun untuk masing-masing wisatawan asing. Hasil penghitungan nilai ekonomi dari rata-rata perjalanan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Total Nilai Ekonomi dari Rata-Rata Biaya Perjalanan secara Menyeluruh 

Sumber: Dewi (2008)
Sumber: Dewi (2008)

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa nilai ekonomi wisata alam Bukit Lawang secara menyeluruh yang diperoleh dari wisatawan asing, mencapai Rp50.483.976.499 per tahunnya. Hal tersebut berarti wisata alam Bukit Lawang, merupakan aset daerah dan negara yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi yang perlu dikembangkan dan dipertahankan, karena wisatawan asing rela mengorbankan biaya perjalanan (transportasi) yang cukup tinggi untuk mencapai lokasi objek wisata alam Bukit Lawang. Sementara itu, nilai ekonomi objek wisata alam Bukit Lawang secara khusus yang diperoleh dari wisatawan asing, sebesar Rp7.798.605.485. Nilai ini merupakan nilai yang diperoleh dari biaya yang dihabiskan selama di dalam kawasan dan tidak termasuk biaya transportasi, karena biaya transportasi merupakan biaya di luar kawasan. Apabila dibandingkan dengan penerimaan negara melalui Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) atau karcis masuk sebesar Rp20.000/orang/kunjungan maka total penerimaan negara sebesar Rp39.020.000/tahun atau 0,5% dari total nilai ekonomi wisata alam di Bukit Lawang, TNGL.

Di sisi lain, hasil valuasi yang dilakukan dalam penelitian Susilawati (2019) menggunakan pendekatan Revealed Prefererence (RP), yaitu Travel Cost Method (TCM) atau metode biaya perjalanan. TCM merupakan metode penilaian terungkap yang digunakan untuk menilai manfaat non guna berdasarkan perilaku yang diamati, pengeluaran individu untuk perjalanan. Diketahui bahwa total nilai benefit dari wisata konservasi Orangutan di Bukit Lawang (WKOB) sebesar Rp1.721.082.350 per tahun selama tahun 2018 yang disajikan pada Tabel 3. Manfaat terbesar dari wisata konservasi diperoleh dari manfaat kegunaan langsung yang bersifat tidak ekstraktif yaitu sebesar Rp1.221.082.350. Penerimaan ini berdasarkan penerimaan pungutan masuk (tiket), baik pengunjung/wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara/lokal berdasarkan harga tiket masuk. Adapun harga tiket untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp150.000, sedangkan wisatawan domestik sebesar Rp5.000. Selain tiket masuk, sumber pendapatan WKOB cukup banyak, seperti parkir, hotel/homestay/resort, restoran/warung, penyewaan sarana prasarana, foto dan lain sebagainya. Namun, datanya sulit didapat karena tidak terekam dengan baik.

Namun demikian, terdapat biaya korbanan sebesar Rp7.375.061.959,75 yang menggambarkan “nilai” yang hilang jika kawasan ini tidak dipelihara atau dikelola dengan baik, karena akan menimbulkan biaya sebesar nilai tersebut. Sedangkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menjaga, mempertahankan, dan melestarikan spesies dan ekosistem sebesar Rp5.653.979.610 dengan biaya terbesar adalah biaya investasi awal mencapai sebesar Rp3.973.763.610 (70,28% nya). Hasil analisis biaya manfaat menghasilkan NPV positif setelah tahun ke 10 NPV sebesar Rp1.880.508.946,76 dan IRR yang diperoleh sebesar 20,2% lebih tinggi dari suku bunga bank saat ini serta BCR sebesar 1,84 (di atas 1), sehingga investasi pada WKOB secara finansial dikatakan layak untuk diterapkan. Namun, apabila dilihat dari segi manfaat untuk masyarakat setempat terutama ekonomi dan kelestarian alam di Bukit Lawang khususnya, maka berdasarkan valuasi ekonomi WKOB jauh lebih layak dan menguntungkan semua pihak serta lestari.

Tabel 3. Nilai Manfaat Wisata Konservasi Orangutan di Bukit Lawang Tahun 2017

Sumber: Susilawati (2019)
Sumber: Susilawati (2019)

POTENSI MANFAAT OBJEK WISATA BUKIT LAWANG TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL)

Potensi sumber daya alam di Bukit Lawang merupakan pemberian dari alam dan salah satu peluang untuk memakmurkan perekonomian masyarakat sekitar. Mulai dari hutan hujan tropis, Orangutan, dan air sungai yang jernih. Pengembangan objek wisata di Bukit Lawang akan memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar serta membuka lapangan kerja baru. Adapun potensi objek wisata Bukit Lawang adalah sebagai berikut.

  1. Bukit Lawang memiliki lokasi yang cukup nyaman dan luas untuk parkir kendaraan, dengan luas ± 60 x 15 m untuk roda empat yang beralaskan tanah dan ± 10 x 15 m untuk roda dua. Daya tampung di lokasi ini mencapai ± 50 kendaraan roda empat dan ± 40 kendaraan roda dua. Tarif parkir untuk kendaraan roda empat sebesar Rp15.000 dan kendaraan roda dua sebesar Rp5.000. Khusus untuk hari libur dan tanggal merah dikenakan biaya tambahan sebesar Rp5.000 untuk kendaraan roda empat dan Rp3.000 untuk kendaraan roda dua.
  2. Sungai Barohok merupakan sungai dengan air jernih dan masyarakat sekitar menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Arus sungai Bahorok tidak menentu, kadang-kadang deras dan stabil. Hal tersebut dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk kegiatan wisata arung jeram dan tubbing.
  3. Bukit Lawang memiliki jembatan yang dibangun untuk menyeberangi sungai yang ada di Bukit Lawang. Terbuat dari kayu, tali tambang, dan besi yang berukuran ± 50 meter. Manfaat yang cukup besar telah dirasakan oleh warga sekitar. Untuk melewati jembatan, maksimal 5 orang yang dapat melewatinya, setelah sampai ke ujung jembatan dilanjutkan 5 orang lainnya.
  4. Hutan hujan tropis yang ada di Bukit Lawang memiliki keunikan tersendiri dibanding hutan di daerah lain.  Kelembapan yang cukup tinggi, sangat sejuk, dan segar. Luas hutan hujan tropis di Bukit Lawang ± 200 hektar. Hutan hujan tropis merupakan rumah bagi keanekaragaman spesies flora dan fauna yang paling kaya di dunia, contoh tumbuhan langka yang ada seperti kantong semar, rafflessia, dan hewan langka seperti orangutan.
  5. Objek wisata Bukit Lawang juga berperan penting dalam perubahan iklim, yaitu sebagai penyerap karbon (sink) dan penyimpanan karbon (stock). Hutan di Bukit Lawang berfungsi dalam menjaga iklim di dalam kawasan hutan maupun di luar hutan. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan tegakan hutan untuk menyerap karbon dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2) dalam proses fotosintesis. Semakin banyak CO2 yang diserap oleh tanaman dan disimpan dalam bentuk biomassa karbon, maka semakin besar pengaruh buruk efek gas rumah kaca dapat dikendalikan (Samsoedin et al., 2009).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun