Untuk memperbaiki iklim investasi di bidang energi pemerintah dapat melakukan tax holiday untuk menghilangkan ekonomi biaya tinggi. Tax holiday akan diperoleh investor yang berinvestasi minimal Rp 1 triliun dan menempatkan dana minimal 10% dari total rencana investasi di perbankan Indonesia. Fasilitas ini dapat diberikan antara lima sampai sepuluh tahun serta pemerintah memberikan pengurangan pajak sebesar 50% selama dua tahun (Business News, 03 Nov 2012). Demikian pula dengan perbaikan sarana dan prasarana (infrastruktur), dengan cara mengembangkan infrastruktur energi yang terpadu terutama di daerah yang tingkat konsumsi energinya tinggi.
Infrastruktur BBM meliputi kilang minyak, depot BBM, pipa BBM, dan SPBU; infrastruktur penyaluran gas meliputi pipa transmisi, terminal LNG dan fasilitas regasifikasinya, sarana pengangkutan CNG, kilang LPG, pipa distribusi dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG); infrastruktur batubara meliputi sarana penimbunan dan transportasi batubara; serta infrastruktur tenaga listrik meliputi pembangkit, transmisi dan distribusi. Perbaikan infrastruktur dapat dilakukan melalui kemitraan pemerintah dan swasta (Public Private Partnership) hal ini dikarenakan sampai pada tahun 2014 nanti, pemerintah pusat hanya mampu menyuplai 75%, pemerintah daerah menyuplai sebesar 28% dari total pembangunan infrastruktur. Sedangkan 25% pembangunan infrastruktur akan dipenuhi oleh swasta (Bappenas, 2010).
3. Penguasaan teknologi untuk energi
Berbagai penguasaan teknologi energi hijau (green technology) diperkirakan akan berkembang secara komersial dan kompetitif terhadap energi konvensional. Teknologi sel bahan bakar akan diproduksi secara komersial yang dapat menggantikan pembangkit listrik skala kecil. Teknologi nuklir fisi yang baru akan berkembang sehingga berpotensi untuk lebih banyak dimanfaatkan. Teknologi energi yang terus di kembangkan Indonesia yaitu hidrogen, Ocean Thermal Energy Conversion(OTEC), MagnetoHydro Dynamics (MHD). Dimethyl Ether(DME), Gas to Liquid (GTL), OilShale, sel bahan bakar, bio diesel, Coalbed Methane (CBM) dan CoalLiquifactiondiperkirakan mempunyai potensi sebagai energi baru. Peran badan pengembangan dan penerapan teknologi (BPPT) serta riset teknologi (RISTEK) telah mengembangkan teknologi seperti LNG (Liquid Natural Gas) dan CNG (Composed Natural Gas) untuk kendaraan bermotor.  Sebenarnya kunci dari penguasaan teknologi adalah meningkatkan kembali research and development (R&D) sebuah energi alternatif tanpa meninggalkan kondisi sosial, ekonomi, hukum, lingkungan, dan politik di dalam masyarakat negeri ini. Hal ini dapat dipicu lewat pengembangan kreativitas riset berbagai perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia yang memiliki fokus pengembangan energi alternatif. Lima puluh tiga tahun yang lalu Ibnu Sutowo sebagai pemimpin pertamina telah mengantarkan produksi minyak Indonesia meningkat dari yang tadi tadinya hanya memproduksi 350 ribu barel/hari menjadi 1,7 juta barel/hari melalui riset (Jurnal Nasional, 26 Juli 2012).
Secara substansi ketiga langkah solusi tersebut merupakan sebuah strategi yang aplikatif untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Dalam jangka panjang, diyakini akan berdampak pada penyehatan dan kesinambungan APBN. Kestabilan perekonomian nasional akan terjamin, sehingga pada akhirnya keyakinan dan kepercayaan investor akan pulih kembali dan kondisi pasar keuangan serta pasar modal akan bergairah. Indeks harga harga saham gabungan (IHSG) akan meningkat dan mata uang rupiah juga akan menguat khususnya terhadap dolar AS.
Sumber : Karya ini saya ajukan untuk mengikuti lomba essay tingkat Nasional di Universitas Jendral Soedirman, 2013.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H