Mohon tunggu...
Harbi Hanif Burdha
Harbi Hanif Burdha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Penulis adalah cita-cita saya

jikok dikumpa saleba kuku, kok di kambang saleba alam. walaupun sagadang bijo labu, bumi jo langik ado di dalam...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Urbaningrum Tidak Sedang Dipenjara

5 Maret 2017   14:47 Diperbarui: 6 Maret 2017   00:00 2224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Siapa yang tidak tau dengan kasus Anas. Pada awalnya Pengadilan menjatuhkan hukuman kepada Anas Urbanongrum Selama 7 tahun. Alih alih memohon keadilan mngajukan kasasi,MA malah memperberat hukum Anas menjadi 14 tahun penjara. Selain itu ia juga didenda sebesar 5 Milyar dan wajib membayar ganti rugi sebesar 57,6 Milyar.

Siapa yang tidak kenal dengan Anas Urbaningrum. Mantan Aktivis HMI yang sedang naik daun dan pernah menduduki Organisasi Pemerintah dan non pemerintah. Kecerdasannya dalam bertindak, Mantan Aktivis yang sudah halang melintang menyuarakan suara rakyat. Dalam suka maupun duka. Diplomasi anas tidak hanya dikenal di tubuh HMI. Kawan-kawan Anas dari luar HMI pun mengenali dan menghargai Anas. Hubungan komunikasi Anas dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah tidak diragukan lagi.


Namun, setelah Anas dijatuhkan Vonis. Masyarakat mencap Anas sebagai Penjahat Negara. Koruptor. Tukang kibus dan lain sebagainya. Sahabat Anas yang lebih tau dan mengerti keperibadian Anas, merasa Anas dikriminalisasi dan dipolitisasi terpaksa menahan air liur karena tidak mampu melawan arus. Apalah daya melawan partai penguasa. Apapun bisa mereka lakukan demi memuluskan kehausan mereka.


Banyak yang berfikir kalau kasus Anas mengandung unsur politik yang sangat kuat. Siapa yang mengira, Anas yang tidak memiliki keturunan Cikeas bisa menduduki pucuk pimpinan sebagai Ketua Umum DPP DEMOKRAT. Karirnya di dunia politik menuai kesuksesan besar. Tentunya, sebagai Partai yang berkuasa pada masa itu merasa canggung dan keresahan yang begitu dalam. Partai yang menjadi motor penggerak penguasa tidak lagi bisa dikuasai dikarenakan karakter Anas yang merdeka dan tidak bisa diotak atik. 


Sehingga dalam kondisi yang sepeti itu, kriminalisasi bisa saja terjadi. Sesuatu kebenaran bisa saja dipolitisasi menjadi sebuah kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Yang salahpun bisa saja dijadikan sebuah kebenaran yang tidak terbantahkan.


Anas divonis melakukan Tindak Pidana Korupsi dan Pencucian uang terkait proyek Hambalang dan proyek APBN Lainnya. Dan yang paling parahmya, Anas juga kehilangan hak politiknya. Apakah Anas mati langkah? Apakah Anas tidak lagi berpengaruh? Apakah Anas kehilangan hak Politiknya?
Tubuh bisa saja dipenjara. Tapi pemikiran dan hati masih bisa bersuara. Siapa yang menyangka, Anas yang sudah mendekam dibalik jeruji besi masih bisa bersuara dan berpengaruh. Ketokohan Anas dimata sahabatnya tidak hilang begitu saja. Anas memiliki Loyalis yang setia dan peduli. Loyalis Anas tersebar sampai ke pelosok nusantara. Kicauan anas melalui Twitter resmi yang dikelola oleh admin. 

Setiap kali Anas memberikan pesan dan nasehat, admin langsung mentweet. Pesan - pesan itu menggambarkan bahwa Anas tidak buta dengan informasi. Anas masih berkeliaran bebas. Twit anas dari balik jeruji besa membuat gamang sebahagian besar politis. Terlebih politikus-politikus yang sudah mengkriminalisasi dirinya.


Kalaulah Anas tidak mempunyai kekuatan lagi, tentunya Oesman Sapta Oedang sebagai penerus Partai Hanura menemuinya dan melakukan deal-deal politik. OSO meyakini, yang dipenjara itu fisiknya. Bukan pemikirannya. Beberapa hari setelah pertemuan mereka, terdengar kabar Loyalis Anas merapatkan diri ke Hanura. Bahkan kabar terbaru, ratusan kader Partai Demokrat hijrah ke Partai Hanura. Siapakah mereka?


Sebahagian besar dari mereka adalah Loyalis Anas. Mereka masih percaya, Anas sebagai sosok yang patut disegani dan dicintai. Karena sebagai mantan Aktivis dan politisi, tidak mungkin Anas bergabung dengan Hanura kalau tidak dengan pertimbangan dan pemikiran yang matang. (Harbi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun