Mohon tunggu...
Harbi Hanif Burdha
Harbi Hanif Burdha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Penulis adalah cita-cita saya

jikok dikumpa saleba kuku, kok di kambang saleba alam. walaupun sagadang bijo labu, bumi jo langik ado di dalam...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Miskin Paling Inspiratif di Indonesia

19 November 2012   19:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:03 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yuskar, seorang masyarakat miskin dari Atar merantau ke Bandung tahun 1974 membangun Nagari Fhotocopi Pertama Di Indonesia. Waktu di kampung, dia hidup serba kekurangan bersama keluarganya. Untuk mencari makan saja orang tuanya tidak mampu lagi membiayainya. Melihat kehidupan Yuskar dan keluarganya di kampung, Paman Yuskar yang sebelumnya merantau ke Bandung membawa Yuskar untuk dicarikan pekerjaan sekurang-kurangnya untuk kebutuhan Yuskar sendiri terpenuhi. Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan pekerjaan untuk yuskar tidak kunjung ada. Sehingga pada suatu hari pamannya bilang dengan nada menyerah, kalau dia punya kadai kosong yang sempit di dekat gang ITB (Institut Negeri Bandung). Setelah mendengar itu Yuskar sangat gembira meskipun belum ada apa-apa di dalam toko tersebut. Ia berfikir usaha yang paling bagus dijalankannya di toko itu adalah usaha fhotocopi, karena pada saat itu fhotocopi di ITB hanys beberapa buah saja. Pada hari-hari berikutnya berusahalah Yuskar mencari pemodal untuk membuka usahanya dan beberapa hari kemudian ia mendapatkannya.

Singkat cerita, seiring berjalannya waktu, usahanya semakin maju meskipun ada beberapa kali ia jatuh bangun dalam menjalankannya. Dia mulai membawa beberapa orang kampungnya untuk mengais sedikit rezeki di negri orang untuk membuka usaha fhotocopi.  Alasannya untuk merantau cukup masuk akal. Selain karena tuntutan ekonomi,  topografi Atar yang berbukit-bukit dan bebatuan, tidak memungkinkan masyarakat untuk berusaha pertanian dan usaha lainnya. Yuskar mampu membawa perubahan ekonomi yang cukup besar untuk kampungnya walaupun tidak berbentuk materil, tapi ia membawa pandangan dan pemikiran baru untuk masyarakat atar bahwa kerjakeras dan optimis adalah kunci kesuksesan

Semakin hari usahanya semakin berkembang. Usahanya mulai dilirik oleh orang kampung halamanya bahkan yang lebih menarik lagi, umunya perantau tersebut juga membuka usaha fhotocopi. Nagari yang memiliki penduduk lebih kurang 6.423 jiwa ini, 2.321 jiwa diantaranya merantau yang tersebar di Sumatera dan Jawa. Sekitar 95 % dari perantaunya, yaitu 2.2005 jiwa membuka usaha fhotocopi. Sebuah angka yang fantastis jika kita bandingkan dengan daerah lain. uniknya, mereka hanya ingin membuka usaha fhotocopi dan angka tersebut telah mengeluarkan Atar dari kemiskinan pada tahun 2006.

Untuk menjaga hubungan baik ini dan terjalinnya kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama, para Perantau Atar yang tergabung dalam Ikatan Warga Atar(IWATAR) mengabadikannya dengan membangun Tugu Fhotocopi Pertama yang diresmikan langsung oleh Bupati Tanah Datar tahun 2011.

“ jika mereka sukses, mereka membawa anak kemenakan merantau dan mengembangkan bisnis Photocopy bahkan mereka tidak segan segan membantu membiayai modal anak kemenakan tersebut, bisa sukses   dan setelah mereka bina sebagai karyawan bisa mandiri, mereka akan membantu modal. Sehingga dengan pola pegembangan usaha tersebut tidak ada putra atar padangganting yang terlantar atau tidak ada usaha jika mereka sudah berada diperantauan”papar Wali Nagari Atar Amir Syarifudin.

“Tugu ini dibangun sebagai lambang dan pemersatu para perantau yang tersebar di pulau jawa dan sumatera yang membuka usaha Photocopy dengan penduduk di kampung”pungkas pak Amir.

Keinginan masyarakat atar yang ada di kampung terhadap tugu Photocopy ini adalah supaya masyarakat atar yang ada di rantau ingat akan kampung halamannya tempat mereka dibesarkan. “Kami berharap sangat kepada seluruh masyarakat atar yang ada di rantau, supaya sekali-kali pulang dan mengabdilah untuk kampung halaman. Jan lupo kacang ka kuliknyo”tegas Pak Haji Yuskar, ketika kami jumpai di Atar pada beberapa waktu lalu.

Masyarakat menyadari Tugu Photocopy ini bukan hanya sebagai tugu biasa, tapi dibalik itu punya nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang sangat mendalam antar sesama warga Atar khususnya. Mereka semua menghimbau untuk tetap menjaga keabadian Tugu Photocopy tersebut sehingga menjadi sejarah dan pelajaran oleh generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun