Mohon tunggu...
Hamid Ramli
Hamid Ramli Mohon Tunggu... lainnya -

Aktivis Lingkungan ingin berkiprah di bidang politik lokal agar kelestarian lingkungan tetap terjaga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Australia Berwajah Dua

22 November 2013   13:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:49 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_293792" align="aligncenter" width="565" caption="ilustrasi: olahan penulis"][/caption]

Kemarahan bangsa Indonesia terhadap Australia biasanya mampu dibendung. Cukup di sekitar Jakarta saja. Tapi kali ini, tembok kokoh itu sudah roboh. Sumpah serapah menyikapi penyadapan percakapan Presiden RI oleh intelijen Australia sudah merebak hingga ke Papua. Padahal Australia sudah buru-buru mengirim Dubesnya ke bumi Cendrawasih. Rupanya janji-janji manis yang dibawa Gregg Moriaty ke Papua sudah tak mempan lagi.

"... usir saja Dubes Australia sebagai bentuk sikap protes kita. Indonesia adalah bangsa yang besar, bermartabat dan mempunyai harga diri, tetapi jika ini telah dirusak oleh negara sahabat seperti Australia, saya kira tidak perlu dikasih hati," ujar Sudin Rettob, ketua Badko HMI Papua dan Papua Barat dalam jumpa pers di Jayapura bersama sejumlah pimpinan organisasi pemuda dan mahasiswa Papua.

Keberadaan Dubes Australia untuk Indonesia YM  Gregg Moriaty bersama sepasukan stafnya berkunjung ke Papua sebagaimana diulas Kompasianer Gerry Setiawan untuk menindak-lanjuti sejumlah agenda kerjasama dengan aparat keamanan dan Pemprov setempat.Senin (18/11/2013) ia sowan ke Kapolda Papua, Tito Karnavian. Esoknya ia bertemu Gubernur Lukas Enemba. Mungkin rombongan Dubes itu juga sowan ke Majelis Rakyat Papua (MRP) dan DPR Papua. http://politik.kompasiana.com/2013/11/19/australia-dicerca-di-jakarta-bersikap-manis-di-papua-610952.html

Katanya, ia memuji-muji perkembangan pembangunan di Papua yang sangat pesat, serta penegakan hukum dan kamtibmas yang dinilainya mengalami kemajuan signifikan di bawah kepemimpinan Presiden SBY. Namun di luar dugaannya, generasi muda Papua ternyata “menyambutnya” dengan kebencian.

"...(Australia) Berwajah dua. Dengan datang ke Indonesia tawarkan kerjasama di sejumlah bidang termasuk di Papua, tapi kenyataannya punya visi-misi yang bertolak belakang," timpal Hendrik Yance Udam.

Sikap kaum muda Papua itu patut diapresiasi. Apa yang mereka tunjukkan adalah representasi dari perasaan bersama kita sebagai bangsa. Kita bisa memilih-milih sahabat, tetapi kita tidak bisa memilih tetangga. Sudah nasib kita bertetangga dengan Australia, Singapura, Malaysia, dan Papua Nugini. Seejarah membuktikan, semua tetangga kita itu memiliki karakter licik.

Kalau kita terus bermurah hati, lama kelamaan bangsa Indonesia yang besar ini bisa terpecah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun