Mohon tunggu...
Hamid Ramli
Hamid Ramli Mohon Tunggu... lainnya -

Aktivis Lingkungan ingin berkiprah di bidang politik lokal agar kelestarian lingkungan tetap terjaga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ambisi Meraih Penghargaan HAM, Warga Papua Jadi Korban Isu Bohong

14 Mei 2012   20:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:17 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sabtu, 12 Mei 2012 di Queen Street Auckland, Selandia Baru, Amnesty Internasional menganugerahkan penghargaan kepada mantan anggota Parlemen New Zeland dari Partai Hijau Keith Locke sebuah gelar baru, yakni : Aotearoa's Human Rights Defender.

Penghargaan ini sebagai pengakuan atas dedikasi Locke terhadap Hak Asasi Manusia di Selandia Baru, serta atas seluruh pengabdiannya terhadap korban-korban pelanggaran HAM di banyak negara, antara lain memperjuangkan kebebasan pencari suaka asal Aljazair Ahmed Zaoui. Keith Locke juga dinilai telah memainkan peranan penting dalam banyak isu HAM yang cukup kontroversial seperti di Timor Timur, Timur Tengah, Sri Lanka, China, Fiji, dan Tibet.

Wakil Direktur Amnesty Internasional Selandia Baru, Rebecca Emercy dalam pidato penyerahan penghargaan itu mengatakan : "When we at Amnesty speak to communities or people here in New Zealand who have also sought our advice and help, Keith's name is often mentioned as someone who has unfailingly assisted them."

Keith terpilih dari lima nominator, yaitu Jon Stephenson (jurnalist), Rosslyn Noonan (former chief human-rights commissioner), Annie Goldson (documentary film-makers) and Rob Hamill (atlit dayung).

http://www.radionz.co.nz/news/national/105690/amnesty-gives-human-rights-award-to-keith-locke

Modus Klasik

Berita dari negeri tetangga itu, telah "dikemas" sedemikian rupa oleh para aktivis Papua untuk mendapatkan simpati masyarakat Papua. Sejak akhir April lalu, mereka telah mengundang media lokal dan mengumumkan bahwa Forkorus Yaboisembut adalah calon pemenang Penghargaan Pembela HAM yang digelar oleh Perwakilan Amnesty Internasional New Zeland. Padahal, masuk nominasi pun tidak.

Ketika pengumuman pemenang itu dikumandangkan dari Auckland, segera berita bohong pun disebarkan. Bahwa Forkorus Yaboisembut adalah pemenang Human Rights Defender Award 2012 di Auckland, Selandia Baru. Media cetak dan media online lokal sontak memuat berita heboh hasil rekayasa para aktivis Papua merdeka ini dengan judul besar. "Pro M Terima Novel Perdamaian", demikian judul headline Bingang Papua. Penghargaan untuk Forkorus diterima oleh DR Yakob Rumbiak, Herman Wanggai, dan Markus Haluk.

"Untuk itu kepada seluruh warga masyarakat bangsa Papua yang mendiami Negara Republik Federal Papua Barat/Negara Cendrawasi ini agar bersama sama kita menaikan puji dan syukur kepadaTuhan, karena  selama ini Tuhan selalu turut campurtangan dalam perjuangan bangsa papua, sehingga hal tersebut dinyatakan bagi kita semua segenap bangsa Papua,"demikian Saireri Daud Abon, tokoh pro M yang mengklaim dirinya sebagai Gubernur Wilayah II ini kepada Bintang Papua.

http://www.bintangpapua.com/headline/22796-pro-m-terima-novel-perdamaian

Sebelumnya, tokoh Pro M lainnya, Elly Sirwa menggelar jumpa pers di Kantor DAP, Waena, Jumat (27/4/2012) mengatakan bahwa Forkorus dalam kapasistasnya sebagai 'presiden negara Papua Barat' bakal menerima penghargaan dari Amnestiy Internasional sebagai pembela HAM. http://bintangpapua.com/headline/22204-forkorus-bakal-terima-penghargaan

Berbagai cara telah dilakukan para aktivis Papua untuk meraih simpati masyarakat Papua. Salah satu modus yang paling sering mereka lakukan adalah menyebarkan isu bohong, mulai dari memutar-balikkan fakta sejarah, kampanye hitam tentang pelanggaran kesepakatan New York 1962, isu sesat tentang pendaftaran "negara" Papua Barat di PBB, gembar-gembor bahwa ILWP (international lawyer for west papua) telah menggugat Indonesia di Mahkamah Internasional, hingga berita bohong bahwa Forkorus Yaboisembut (narapidana kasus makar) telah meraih penghargaan HAM Internasional.

Itu semua adalah pepesan kosong. Modus-modus seperti inimemang sudah sering terjadi dansengaja dirancang untuk mengacaukan situasi. Mudah-mudahan Masyarakat Papua tidak terpancing oleh isu-isu sesat seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun