Mohon tunggu...
Hamid Ramli
Hamid Ramli Mohon Tunggu... lainnya -

Aktivis Lingkungan ingin berkiprah di bidang politik lokal agar kelestarian lingkungan tetap terjaga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi, A New Hope

16 Oktober 2014   19:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413436348957880764

[caption id="attachment_348092" align="aligncenter" width="542" caption="cover majalan TIME edisi Oktober 2014 (time.com)"][/caption]

Wajah Presiden terpilih Jokowi menjadi cover majalah TIME. Pada halaman depan majalah terkemuka di Amerika Serikat Edisi Oktober 2014 itu juga sebuah tulisan besar terpampang jelas, 'A New Hope'.

Tentu tidak begitu saja TIME mengangkat Jokowi. Ada kepentingan politik tertentu di baliknya. Setidaknya karena Jokowi adalah seorang pemimpin negara nomor empat dengan jumlah penduduk terbanyak. Sebuah negara demokrasi yang memiliki kekayaan alam melimpah dan negara dengan populasi muslim terbanyak di planet bumi ini. Itulah nilai strategis Indonesia di mata AS.

Kaitannya dengan 'A New Hope' di atas, beberapa hari lalu negara Vanuatu tiba-tiba menyatakan keinginannya untuk membuka Kedutaan besarnya di Jakarta. Padahal kita tahu, selama ini Vanuatu dikenal tidak harmonis dalam hubungan diplomatik dengan Indonesia, karena beberapa kali Perdana Menteri negara Melanesia di kawasan Pasifik Selatan itu mengangkat isu Papua merdeka di forum Sidang Majelis Umum PBB. Terakhir oleh PM Joe Natuman pada sidang Majelis Umum PBB di New York tanggal 29 September 2014 yang lalu yang mengkaitkan isu kemerdekaan Papua dengan persoalan dekolonisasi. Namun kini, Vanuatu telah berubah arah.

"Vanuatu telah menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, dan saat ini kami bekerja sama dengan pemerintah untuk membuka kantor kedutaan di sini," ujar Menlu Vanuatu Sato Kilman usai menghadiri Bali Democracy Forum (BDF) ke-7 di Nusa Dua Bali awal pekan ini. http://www.antaranews.com/berita/458107/republik-vanuatu-berencana-buka-kedubes-di-indonesia

Keinginan Pemerintah Vanuatu tersebut dibenarkan oleh Menlu RI Marty Natalegawa.

“(Vanuatu) sekarang sudah berubah 180 derajat,” kata Marty di Nusa Dua, Bali.

Marty mengatakan, dia mengundang Menteri Luar Negeri Vanuatu dalam acara BDF ini untuk meningkatkan kerjasama dengan Indonesia.

“Kalau ada berbeda pandangan justru harus meningkatkan komunikasi. Kita punya kepentingan yang sama, misalnya terhadap kelautan, hak asasi dan lainnya,” kata dia. http://zonadamai.com/2014/10/15/vanuatu-berencana-buka-kedutaan-di-jakarta/

Kedua kejadian di atas menunjukkan adanya apresiasi positif dunia internasional terhadap Presiden baru Indonesia Jokowi. Mereka melihat sosok Jokowi sebagai orang yang tepat untuk membenahi berbagai persoalan Indonesia saat ini.  Apa kepentingan AS dan Vanuatu di Papua? Kepentingan AS di Papua sudah pasti terkait keberadaan perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar AS, PT. Freeport, sedangkan Vanuatu lebih ke masalah sentimen etnis yakni kesejahteraan etnis Melanesia di kawasan Pasifik Selatan.

Melihat kedua kepentingan itu, saya kira “A New Hope” sebagaimana terpampang dalam cover majalah TIME itu, mengandung pesan khusus terkait isu Papua.

Saya yakin kedua negara sudah mempelajari misi khusus Pemerintah Indonesia ke depan di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi di Papua. Dalam berbagai kesempatan Presiden terpilih Jokowi sudah mengutarakan beberapa program prioritas untuk membenahi persoalan Papua. Seperti wacana membuka dialog, serta program tol laut yang sengaja akan dimulai dari Papua untuk mengatasi kendala distribusi barang kebutuhan pokok masyarakat Papuaselama ini yang menjadi pemicu tingginya harga-harga barang di wilayah itu.

Nah, kalau bangsa asing saja begitu peduli pada masalah Papua, mestinya bangsa kita lebih dari itu. Demikianpun soal apresiasi terhadap kepimimpinan nasional lima tahun ke depan, mestinya dimulai dari bangsa kita sendiri, karena kitalah yang memilih Jokowi untuk menjadi Pemimpin kita. Karena itu menjadi tak elok, jika masih ada sejumlah elit politik yang berlama-lama menyimpan dendam politik untuk menjegal Pemerintahan Jokowi dengan berbagai dalih. Jangan sampai bangsa lain lebih menghargai pemimpin nasional kita ketimbang bangsa kita sendiri. [*]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun