Mohon tunggu...
Nur Febriani Wardi
Nur Febriani Wardi Mohon Tunggu... -

Indonesia Programme Manager - Foundation for Mother and Child Health Indonesia / Writer - Haram Keliling Dunia / Founder - Ngomeng / Master - Children and Youth Studies, Institute of Social Studies of Erasmus university Rotterdam, the Netherlands / www.haramkelilingdunia.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Hanya Kebiri yang akan Menurunkan Angka Perkosaan?

4 Mei 2016   23:31 Diperbarui: 4 Mei 2016   23:44 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
stop_rape_by_saiamrut-d62cah0

“Primordially our dicks are our manhood”

Kalimat blak-blakan yang disampaikan oleh penulis laki-laki di artikel ini kembali meyakinkan saya bahwa hukuman kebiri adalah satu-satunya hukuman yang akan membuat laki-laki “mikir” sebelum memperkosa perempuan, atau bahkan laki-laki lain.

Photo: http://pre00.deviantart.net/46a1/th/pre/i/2013/110/1/f/stop_rape_by_saiamrut-d62cah0.jpg

Tahukah kamu bahwa 23% pria Asia mengaku pernah memperkosa? (sumber). It’s really a Rape Crisis. Haruskah kita diam saja dan masih menyandarkan pada hukum yang tidak mampu mencegah kejahatan?Inilah saatnya kita harus berpikir dan melakukan sesuatu untuk bisa mendukung lahirnya sistem yang akan melindungi perempuan (bukan hanya anak-anak!) dan laki-laki dari kejahatan pemerkosaan.

Hukuman penjara sama sekali tidak akan “ngefek” buat laki-laki penjahat kelamin diluar sana. Kenapa? Karena itu tadi, “primordially, our dicks are our manhood”. Ketika melakukan kebiadaban itu, menyiksa, memperkosa (bahkan sering diakhiri dengan pembunuhan) perempuan atau laki-laki lemah, justru saat itulah mereka merasa sangat jantan. Satu poin buat manhood!

Disisi lain, apa yang bisa menahan mereka dari melakukan kejahatan itu? Takut dipenjara? Ah gile lu bro, masa gitu aja takut??

Hukuman penjara tidak akan menurunkan rasa maskulin alias kejantanan pria. Justru, pada banyak laki-laki ini malah meningkatkan ego maskulinitasnya. Tambah di penjara tambah jago (karena memang harus sok jago di penjara agar bisa survive), apalagi di dalam nanti bisa belajar berkreasi dengan penis, tambah maskulin dong! Haha, malah dua poin untuk manhood! (tentang berkreasi dengan penis ini silakan baca tesis saya https://thesis.eur.nl/pub/10858/)

Belum lagi fasilitas makan gratis, walaupun gak enak tetap aja puas, gak bayar ini. Mau makan enak gampang, sekali-sekali keluarga atau teman bisa bawain makanan enak. Butuh perempuan tinggal bayar (rahasia umum). Resiko apalagi yang harus membuat laki-laki takut untuk masuk penjara? Kehilangan kerjaan? Masa depan? Ah, kebanyakan pemerkosa ini sudah tidak punya apa-apa untuk ditakutkan kehilangan, nothing at stake!

Satu-satunya pertaruhan yang tidak akan dibiarkan kehilangan oleh laki-laki adalah sesuatu yang menurunkan maskulinitas itu sendiri. Sesuatu yang buat mereka sangat penting untuk dipertahankan yaitu kejantanan itu tadi. Hilangkan sesuatu yang dipersepsikan oleh mereka sendiri sebagai kejantanan itu, alias di kebiri.

Saya kutip dari Wikipedia Kebiri (disebut juga pengebirian atau kastrasi) adalah tindakan bedah dan atau menggunakan bahan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan atau fungsi ovarium pada betina. 

Percayalah, hukuman kebiri akan jauh menurunkan kasus perkosaan. Silakan disimak, alasan paling umum dari pemerkosaan menurut riset dalam artikel BBC diatas tadi adalah karena mereka merasa mempunyai hak untuk berhubungan seks dengan perempuan tanpa ijin (lagi-lagi, ini ego maskulinitas), alasan berikutnya untuk mencari hiburan/kesenangan dan menghilangkan bosan (egois banget), sebagai bentuk penghukuman atau membalas dendam, yang yang terakhir yang paling tidak umum adalah karena mabuk/alkohol. Berkaca dari alasan itu, setidaknya 80% dari pelaku masih akan sempat mikir sebelum melakukan pemerkosaan karena mereka tidak dalam kondisi mabuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun