Mohon tunggu...
Monika Harahap
Monika Harahap Mohon Tunggu... -

Somahe Kai Kehage. Dunia akan damai kalau hati semua umat manusia telah berdamai. Apakah kedamaian mustahil?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

22

31 Oktober 2012   07:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang berbeda dengan deretan angka ini

Kembar dan dua

Mereka saling bercermin diri, menyoal pertanyaan mengenai

Mirip atau sama kah kita?

Tidak ada yang tersembunyi, karena kini kita

Telah berdiri sejajar dan saling bercermin

Dalam pelupuk jernih tanpa sekat

Kini, kembar dan dua

Mengapa kembar, kemudian muncul angka dua dalam batin

Tapi, kembar yang satu ini berbeda

Tidak hanya 2, tapi 22

2 yang saling mendampingi

2 yang berdiri sejajar

2 yang saling melengkapi

2 yang saling bercermin dan memberikan proyeksi tentang kedirian

Memang belum utuh, masih saja rapuh.

22 yang kini berdampingan

22 yang kini saling terjaga untuk saling melindungi

22 yang walaupun dalam kerapuhan, tidak lelah untuk mengukuhkan

22 yang tidak harus menjadi satu

22 yang masih ingin berdiri sendiri dalam masing-masing 2

Masih saja akan bertanya soal keutuhan

Kini, memang benar angka bukan tanda keutuhan

Angka yang selalu bertambah

Tidak akan menyusut, kecuali makna dan daging

Lilin yang sedang menanti untuk ditiup

Tidak menyembunyikan makna, hanya percaya mengenai sebuah harapan yang

Tersembunyi

Kue pertanda bahagia

Masih saja bergeming soal kebahagiaan yang berarti

Lilin yang tertiup

Kue yang terpotong

Apakah makna semua ini?

22 hanya mewujud dalam angka, tapi jangan rasai mereka bertambah

Tanpa makna

22 bukan lambang dewasa maupun tua

22 juga bukan soal penantian yang terhenti

22 bukan soal ambisi dan mimpi yang harus segera mewujud

22 adalah soal tidak memilih

Tapi dipilih

Telah dipilih menjadi pemegang tongkat bernomer 22

Yang kelak akan dibuang, dipatahkan, juga dilupakan

Selamat datang 22

Semoga mimpi dan harapanmu tidak berhenti di angka 22

Jogjakarta, 31 Oktober 2011

M & M

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun