Mohon tunggu...
Athoillah AzizulHaqqy
Athoillah AzizulHaqqy Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

orang suruhan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Logika yang Sehat adalah Modal untuk Menciptakan Intelektual yang Bermartabat

22 Juni 2022   12:51 Diperbarui: 22 Juni 2022   13:11 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di dalam kehidupan intelektual, logika merupakan pisau analisis primordial guna membangun sebuah gagasan ilmiah yang sesuai dengan prinsip-prinsip berpikir. Tak sedikit orang menentukan kebenaran dan kesalahan suatu pandangan dengan berlandaskan banyaknya pendukung suatu pandangan, atau menyandarkan sepenuhnya kepada otoritas tertentu, atau hanya karena orang itu yakin atas pandangan itu sendiri. Padahal ketiga landasan tersebut merupakan contoh beberapa kesalahan dalam berlogika yang ternyata sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Maka disini penulis akan menguak kesalahan-kesalahan berlogika yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

  • Appeal To Authority
    Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Sebuah pandangan yang dikemukakan seorang yang ahli di bidangnya lebih etis untuk dipertimbangkan dibanding dengan pandangan seorang yang tidak ahli pada bidang tersebut. Tetapi jika seseorang telah menyandarkan sepenuhnya kebenaran terhadap pakar keahlian tersebut maka orang tersebut telah terjebak dalam kekeliruan berpikir yaitu Appeal To Authorty. Karena pandangan seseorang yang ahli pada suatu bidang tertentu bukanlah satu-satunya jalan untuk menemukan kebenaran, melainkan argumen-argumen yang digunakan seorang yang ahli tersebut dalam merumuskan suatau pandanganlah yang perlu kita perhatikan dalam mempertimbangangkan antara yang salah dan yang benar. Bahkan tidak jarang para ahli suatu bidang tertentu dalam mengemukakan pandangannya terdapat kepentingan yang lain guna menciptakan kondisi yang menguntungkan golongan atau seorang tertentu saja. Contoh:
    A : kenapa kamu selalu menggunakan garam produksi luar negeri?
    B : Karena organisasi bidang kedokteran C mengemukakan bahwa garam hasil petani lokal berkualitas buruk.
    Secara tidak langsung, orang berinisial B telah terjebak dalam kekeliruan berlogika Appeal To Authority, karena menyandarkan sepenuhnya kebenaran pada otoritas ahli pada bidang tertentu. Seharusnya orang tersebut mencari banyak informasi agar tidak serta merta menganggap kebenaran dari suatu otoritas saja.
  • Appeal To People
    Para pakar yang ahli dibidang kedokteran sepakat bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, Ketika seseorang membantah pandangan tersebut dengan menyebutkan argumen bahwa mayoritas perokok yang orang tersebut temui kenyataannya dalam keadaan yang sehat saja. sebenarnya orang tersebut telah terjebak dalam kekeliruan berlogika yang disebut Appeal To People, dimana seseorang mengemukakan sebuah pandangan dengan dalih banyaknya suara orang yang setuju. karena tidak bisa dipungkiri pandangan yang dikemukakan oleh kalangan minoritas justru merupakan kebenaran itu sendiri. Contoh:
    A: Mengapa Kamu tidak mau mandi di malam hari?
    B: Karena kebanyakan orang setuju bahwa mandi di malam hari meningkatkan resiko asamurat.
    Padahal apa yang disetujui oleh mayoritas orang tidak serta merta dapat menghakimi suatu pandangan, maka orang berinisial B tersebut telah terjebak dalam kekeliruan berlogika yang disebut Appeal To People.
  • Appeal To Ignorence
    Tak jarang seseorang menganggap pandangan yang orang itu kemumukakan merupakan sebuah kebenaran karena tidak adanya argumen yang dapat membantahnya, begitu juga sebaliknya sering seseorang menganggap sebuah pandangan adalah kesalahan karena tidak adanya dalil yang menguatkan pandangan tersebut, Ketika seseorang telah menghakimi pandangan tersebut dengan kedua anggapan diatas, maka orang tersebut telah terjebak dalam kekeliruan berlogika yang disebut Appeal To Ignorence. Karena penghakiman sebuah pandangan tidak bisa ditetapkan hanya berdasar pada ketidak tahuan atas argumen yang dapat mendukung dan argumen yang dapat yang menolaknya. Contoh:
    A : menurutku pandanganmu bahwa tuhan itu nyata adanya adalah salah.
    B : Alasannya?
    A : Karena kamu tidak bisa memberikan argumen yang membuktikan bahwa tuhan itu ada.
    Sebenarnya seorang berinisial A tersebut telah terjebak dalam kekeliruan berpikir yang disebut Appeal To Ignorence, alih-alih menyodorkan argumen bahwa pandangan tuhan adalah nyata adanya itu salah, orang tersebut justru menghakimi suatu pandangan adalah salah karena seseorang tidak bisa mengemukakan argumen yang mendukung pandangan tersebut
  • Ad Hominem
    Seseorang dalam mengemukakan sebuah pandangan pastinya dipengaruhi oleh karakteristik dasar, kepribadian, lingkungan, atau latar belakang yang lainnya. Tetapi ketika seorang menolak sebuah pandangan dengan berlandaskan latar belakang yang buruk dari orang yang mengemukakan sebuah pandangan tersebut, maka orang itu telah terjebak dalam kekeliruan berpikir yang disebut Ad Hominem. Contoh:
    A : saya tidak cocok dengan pandangan tokoh agama itu
    B : kenapa?
    A : Karena orang tersebut dulunya adalah serang narapidana.
    Jelas kekeliraun berpikir yang disebut dengan Ad Hominem ada disini, alih-alih memberikan argumen yang bisa membantah pandangan tokoh agama itu, justru menolak suatu pandangan karena latar belakang tokoh tersebut yang buruk.
  • Fallacy Of Essentializing
    Ketika ada seseorang yang menghakimi suatu peristiwa yang sifatnya partikular, dan dari peristiwa tersebut orang itu membuat kesimpulan yang sifatnya universal, maka orang itu telah terjebak dalam kekeliruan berpikir yang sering disebut Fallacy Of Essentializing. Penghukuman tidak bisa serta merta benar hanya melihat dari peristiwa yang partikular. Contoh:
    A : Pak guru C adalah orang yang suka menggunakan kekerasan dalam menyelsaikan masalah.
    B : alasannya?
    A : Sudah dua kali pak guru C memukul pelajar yang ketahuan cabul terhadap siswi sekolah.
    Orang dengan inisial A terlalu mudah menghukumi sifat keras terhadap gurunya hanya melihat dari dua peristiwa yang singkat, belum lagi orang itu tidak mempertimbangkan alasan guru tersebut melakukan tindak kekerasan, sebenarmya orang itu telah terjebak dalam kekeliruan berpikir yang disebut Appeal To Essentializing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun