Entahlah, dari nama-nama kandidat yang masuk ke bursa Pillgub Jateng 2024, mata saya langsung tertuju pada nama salah seorang kandidat, yaps siapa lagi kalau bukan Bupati-ku sendiri, mas Dico Ganinduto. Namun ada hal lain yang menarik daripada itu, adalah tandem politiknya, yakni Raffi Ahmad. Wow.. siapa sangka. Siapa yang tak kenal aktor, pembawa acara, dan pengusaha kondang yang satu ini. Pemilik RANS Entertainment tersebut diisukan tampil bersama dengan Dico diperhelatan Pilgub Jateng 2024.
Memang keduanya belum memutuskan secara resmi akan maju di Pilgub Jateng. Hingga pada tanggal 14 Mei 2024 melalui akun Instagram, keduanya (Dico dan Raffi) nampak berseragam putih dan berpeci hitam seraya kompak mengatakan “Maju kita mas. Gas..”, dengan tagar #NgegasJateng. Dan tak berselang lama, baliho keduanya tengah berboncengan mengendarai vespa muncul di sudut-sudut kota Jawa Tengah. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya.
Siapa Dico Ganinduto?
Sebelumnya, sebagai warga asli Kabupaten Kendal yang tumbuh-besar di sana, saya sangat merasakan lompatan perubahan yang dibawa oleh orang luar Kendal ini. Benar, Dico Ganinduto bukanlah putra asli kabupaten yang bersemboyan “Kota Beribadat”, yang secara ujug-ujug memenangkan Pemilu Kabupaten Kendal tahun 2020.
Jujur saya cukup terkejut, melihat Raffi Ahmad mau diajak duet sama mas-mas yang ngurus kabupaten yang nggak terlalu terkenal ini. Namun siapa sangka mas-mas yang beristri artis (Chacha Frederica) ini ternyata bukanlah mas-mas biasa. Pernah menempuh studi di Amerika, berpengalaman menghandle perusahaan, dan kini ia dipercaya menjadi Wakil Sekjen DPP Partai Golkar periode 2019-2024.
Datang sebagai “Anak impor” yang didatangkan dari Partai Golkar, mas bupati ini seakan paham apa-apa yang diinginkan masyarakat Kendal. Sebut saja kemampuannya menurunkan tingkat kemiskinan, melanjutkan kawasan industri yang bernilai investasi tinggi, hingga pembangunan Perpustakaan Daerah (Meraih Rekor MURI) dan beragam penghargaan lainnya. Bupati gue nih bos, senggol dong. Mungkin sudah cukup menjilat segala kebaikannya, toh yang namanya manusia pasti ada juga salahnya.
Memang selama kepemimpinan Dico Kabupaten Kendal terkesan lebih berkembang (dikit) dengan berbagai proyek pembagunan masifnya. Namun, bagaimanapun juga kabupaten ini masih saja menyisakan masalah umum yang belum juga terselesaikan. Sebut saja persoalan banjir di beberapa daerah rawan, beberapa ruas jalanan yang rusak di kota, begitupun di jalanan Kaliwungu yang disebabkan oleh hilir-mudiknya truk pengangkut tanah.
Mas Dico tanpa Kekuatan Medsos Hanya Sebatas Mas-Mas Pada Umumnya
Namun disadari atau tidak, salah satu faktor pembeda periode kepemimpinan mas Dico dengan Bupati Kendal sebelumnya adalah pemanfaatan media sosialnya. Seriusan. Untuk setaraf eksekutif daerah (Bupati), tak banyak politisi yang “Bermain” medsos sebagai sarana pengenalan program ataupun sebagai media bercitra. Bagi saya, strategi pemanfaatan medsos bagi seorang eksekutif daerah adalah keputusan yang brilian, lebih lagi budaya masyarakat hari ini yang tak lepas dari yang namanya scroll medsos.
Kontennya yang ringan berisikan kegiatan bupati, lalu dicitrakan dengan apik oleh tim media, menjadikan konten-kontennya menarik untuk ditonton. Kontennya pun beragam seperti sosialisasi program pemerintah, edukasi, blusukan, hingga hiburan (jokes ala pejabat elit). Di platform medsos, mas Dico biasa digambarkan sebagai pejabat yang ramah, rajin serawung, dan berpribadi visioner. Dengan optimalisasi medsosnya inilah membuat seorang Dico dapat menerapkan komunikasi politiknya dengan efisien.
Melalui kontennya baru-baru ini, Dico kerap melancong ke beberapa daerah di Jateng, baik bertemu dengan pemerintah daerahnya ataupun melebur bersama masyarakatnya. Ia juga aktif sowan dengan para Kiai dan memohon do’a restu, agar apa..? Entahlah, kebetulan saja suara umat Islam di Jateng cukup banyak.
Andaikan bila keduanya (Dico-Raffi) beneran maju Pilgub, tak terbayangkan bagaimana jenis konten yang nanti akan ditampilkan. Mudah saja bagi seorang Raffi Ahmad turun ke masyarakat, bagi-bagi sembako, serap aspirasi dan keluh-kesah rakyat, dan dibuatkan konten yang menarik. Lebih lagi dengan nama besar Raffi, Dico tak perlu banyak bercitra lagi untuk merebut hati masyarakat Jateng, apalagi mesti sok-sokan nginep ke rumah orang.
Berwakilkan Raffi Ahmad tak Menjamin Dico Taklukkan Jateng
Nampaknya, duet keduanya menarik untuk ditunggu kelanjutannya. Dico dengan karir politiknya yang cemerlang, dan Raffi dengan nilai ketokohannya yang mungkin saja semua masyarakat Indonesia tahu sosoknya. Keduanya seakan saling melengkapi satu-sama lain. Namun bukan berarti duet keduanya akan berjalan mudah.
Benar, semuanya sepakat bila Raffi adalah seorang dengan karir luar biasa lagi berpengalaman, namun itu di dunia industri hiburan bukan dalam ranah sosial-politik. Bahkan bisa saja posisi Raffi yang sebagai publik figur memang ditujukan guna menggaet suara masyarakat Jawa Tengah, yang pastinya mengenal baik sosok “Sultan Andara” tersebut. Bukankah fungsi dari Wakil dalam taraf eksekutif salah satunya adalah untuk mendongkrak suara pemimpinnya? Entahlah.
Lawan politik Dico yang masuk pada bursa Pilgub Jateng bukanlah orang-orang sembarangan. Banyak nama-nama besar yang diisukan maju di eksekutif provinsi, sebut saja Sudaryono (Gerindra) yang balihonya sudah banyak memenuhi ruas jalan, lalu ada juga mantan Walikota Semarang Hendrar Prihadi (PDIP), Yusuf Chudlori (PKB) yang mana partainya memperoleh suara terbesar kedua di DPRD Jateng, dan nama-nama besar lainnya.
Langkah Dico di Pilgub Jateng kali ini perlu dipertimbangkan, mengingat dirinya baru beberapa tahun mengabdikan diri di Kendal, sedangkan wakilnya sama sekali tak berlatar sebagai politisi. Dico-Raffi mesti membuat strategi dan pendekatan ekstra agar mampu mengalahkan lawan politiknya.
Namun semuanya bisa saja terjadi dalam politik, kadang kita saja yang di bawah sibuk belain mati-matian salah satu paslon, eh ujung-ujungnya malah masuk kabinet lawan politiknya. Kalau kata media Tempo dalam opininya tentang Pemilu kemarin, “Maka siapa pun pemenang Pemilu 2024, para kera demokrasi akan tanpa malu berlompatan dari satu pohon kekuasaan ke pohon kekuasaan lain.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H