Disadari atau tidak, prestasi gemilang garuda muda juga dibarengi dengan rasa patriotisme para suporternya (netizen). Kewajiban mendukung dan membela Timnas seakan menjadi keharusan. Kalo nggak dukung Timnas nggak Nasionalis katanya, buset. Bahkan di zaman dahulu, suporter di klub-klub Italia kerap menggaungkan gerakan ideologi yang dibawanya.Â
Namun terkadang fanatisme beberapa netizen Indo cenderung pada sikap FOMO, yang ujug-ujug jadi fans bola, mendadak jadi si paling. Walaupun demikian, keduanya (fanatik dan FOMO) mempunyai motif dan intensitas yang berbeda. Fanatisme didorong oleh kegemaran dan kecintaan, sedangkan perilaku FOMO didorong oleh ketakutan dan kecemasan sosial. Jadi jangan heran bila suatu saat, setelah hilang trend-hilang juga kecintaan.
Bahkan saking "Patriotismenya" netizen Indo, mereka grudug akun medsos Shen Yinhao (wasit pertandingan Indonesia vs Uzbekistan) yang diduga jadi biang kekalahan Timnas Indonesia. Tidak terbayangkan bila wasit tersebut berlaga di liga Indonesia, yang suporternya nggak kalah "Asyik" daripada permainan sepak bolanya, habis tuh wasit. Â Â
Komersialisasi Sepak Bola
Bila dicermati, selain motif tribalisme suporter bola, nampaknya sepak bola hari ini menarik untuk dikomersialisasi. Kepemilikan saham klub, sponsor, penjualan atribut (jersey, syal, jaket), paket langganan membership dan lain sebagainya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa industri sepak bola merupakan pangsa pasar yang menggiurkan. Lebih lagi bagi mereka para suporter fanatik, apapun akan mereka lakukan demi tim kesayangan mereka.
Melansir dari World Atlas, sepak bola menjadi cabang olahraga paling populer di dunia dengan jumlah penggemar mencapai 4 miliar orang. Sepak bola juga mampu mempertemukan semua kalangan-elemen masyarakat, entah pejabat elit ataupun mereka yang berekonomi sulit, semua berhak bermain dan menonton sepak bola.
Ketimbang olahraga lain, sepak bola juga lebih friendly dan tergolong murah. Hanya bermodal bola sepak, pemain yang cukup dan lahan kosong, sepak bola langsung bisa dimainkan. Sepak bola juga mengajarkan komunikasi, kerja sama, dan strategi dalam permainannya.
RefleksiÂ
Namun karena saking menariknya itulah yang justru menjadikan industri sepak bola menjadi kotor. Praktik suap, pengaturan skor, dan judi masih subur dalam tubuh sepak bola. Hal tersebut makin menjadikan persepsi orang tentang sepak bola hanya sekedar permainan uang semata. Sepak bola telah dibeli. Sayang saja bila olahraga pemersatu bangsa ini mesti keruh-bercampur dengan intervensi pihak luar.Â
Belum lagi perseteruan antar suporter yang kerap kali diwarnai kericuhan bahkan merusak fasilitas umum. Bermentalkan kawanan (keroyokan), atas dasar cinta dan benci, suporter terkadang berlaku anarkis-menyerang pihak yang berseberangan dengan mereka. Serangan ujaran kebencian (rasisme) pun tak luput pada diri suporter, yang tentu jauh dari subtansi sepak bola.
Sepak bola hari ini mungkin telah bertransformasi menjadi industri. Namun di satu sisi masih perlu untuk dievaluasi, baik penyelenggara, pemain maupun pendukung sepak bola itu sendiri. Sepak bola tak sekedar nendang bola.