Mohon tunggu...
Hapsari Adiningrum
Hapsari Adiningrum Mohon Tunggu... -

Ibu dari dua putra Arfa Rahman Riyansa dan Barra Ramadhan Riyansa, senang bergabung di banyak komunitas dan sedang menunggu buku perdana yang berjudul"Panduan Praktis Asi Eksklusif 6 Bulan" terbit dalam waktu dekat :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Untukmu Ibu] Ibuku Tidak Gila!

23 Desember 2013   14:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:34 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu, dan kaupun berdiri di hadapanku. Dengan senyum dan wajah penuh kerinduan kau cium wajahku berulang kali. Engkau peluk aku dengan erat dan seakan-akan tulangku ingin remuk karena begitu erat kau memelukku. Ibu, dan aku masih ingat hal pertama yang kau tanyakan adalah “ dimana ayah?”. Aku terdiam dan menggigit bibir. Aku tidak tahu harus berkata apa. Ibu menatap heran ke arahku dan bertanya sekali lagi “ endi bapakmu, nduk...? ( dimana ayahmu, nak?). Aku menangis. Dan ibu mengguncang-guncang bahuku dan mulai berteriak menanyakan keberadaan ayah. Aku memeluk ibu, hanya itu yang bisa aku lakukan. Maafkan aku bu...

Lalu kabar tentang perselingkuhan ayah, sampai juga di telinga ibu. Ibu yang kalap segera mencari perempuan yang telah merebut suaminya dan menganggu ketentraman rumah tangganya. Saat ibu tiba di rumah perempuan itu, ibu sungguh terguncang. Ayah ternyata lebih memilih perempuan itu dibandingkan ibu. Ayah bagai kerbau yang ddicocok hidungnya dan menuruti perintah perempuan itu untuk mengusir ibu. Ibu bersimpuh dan memohon sambil menangis agar ayah kembali pulang. Tapi ayah semakin ganas dan semakin kasar mengusir dan menendang ibu. Aku yang berlari menyusul ibu segera memeluk ibu dan menuntunnya pulang. Ibu, jiwamu semakin terguncang, ketika mengetahui selama ini uang yang dikirim untuk tabungannya setelah selesai kerja sebagai TKW justru di bawa lari dan dihabiskan ayah untuk bersenang-senang. Lalu, ibu semakin sering melamun. Setiap hari malas mandi, malas makan dan hanya duduk di dekat jendela sambil bergumam tak jelas “ ini salahku, aku pergi jauh dan lama, ini salahku... suamiku berpaling karena aku tidak melayaninya, ini salahku. Ini salahku...!” . Lalu ibu mulai berteriak menyalahkan dirinya sendiri. Setelah berteriak dan menangis tiba-tiba ibu akan tertawa keras sampai tepingkal-pingkal. Aku hanya bisa menangis dan memeluknya... ibu, sungguh sangat besar sekali perjuangan dan pengorbanan yang telah engkau berikan.

Ibu, segala cara telah kami upayakan untuk membawamu kembali bersama kami. Dokter, kyai bahkan orang pintar telah kami datangi. Sawah dan rumah telah kami jual untuk menyembuhkanmu. Ibu, saat orang-orang bergunjing tentangmu, aku akan membelamu. Hati dan pikiranmu hanya tidak berada bersama kami saat ini. Saat orang-orang menatap sinis ke arahmu, aku akan menghadapi mereka dan berteriak lantang “ Ibuku tidak Gila!”


NB

Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community dengan judul: Inilah Hasil Karya Peserta Event Hari Ibu


Silakan bergabung di FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun