Mohon tunggu...
Happy Maulana Putri
Happy Maulana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said

kebetulan saya ini gadis pecinta senja ,hobi saya melukis namun tidak terlalu jago sih, dan saya suka bahasa yang indah seperti sanskerta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Pendidikan Akhlak Tasawuf Walisongo

7 Oktober 2024   13:30 Diperbarui: 7 Oktober 2024   16:17 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

           Walisongo (lebih dikenal sebagai Wali Songo, bahasa Jawa: ꦮꦭꦶꦱꦔ; WaliSongo, "Sembilan Wali" (orang yang dipercaya) adalah tokoh Islam yang dihormati di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, karena peran historis mereka dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Walisongo adalah sembilan orang yang telah mampu mencapai tingkat wali, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Ajaran tasawuf yang diajarkan meliputi tasawuf akhlaqi dan tasawuf falsafi. Cara pengajarannya melalui 1) Berdakwah dengan Pendidikan, kelembagaan dan Ilmu Hikmah; 2) Menggunakan kebijaksanaan dan melakukan akulturasi ajaran Islam dengan kebudayaan setempat; 3) Mengakulturasi kesenian dengan ajaran tasawuf.


A.Latar Belakang


           Wali Songo merupakan penyebar agama islam pertama kali di tanah Jawa. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Wali Songo secara sederhana artinya kekasih Allah SWT yang berjumlah sembilan orang, hal ini sesuai dengan kiprah Wali Songo yang dekat dengan Allah SWT dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa. Para wali tidak hidup secara bersamaan. Namun satu sama lain memiliki keterkaitan yang sangat erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Adapun tokohtokoh Walisongo adalah sebagai berikut: Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), Sunan Drajat (Raden Qasim), Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim), Sunan Kalijaga (Raden Sahid), Sunan Kudus (Ja'far Shadiq), Sunan Muria (Raden Umar Said), Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).

B.Hakikat Pendidikan Akhlak Tasawuf

Hakikat pendidikan akhlak tasawuf dibahas dalam rangka mengetahui pengertian pendidikan akhlak tasawuf. Tetapi, sebelum memahami pendidikan akhlak tasawuf, seyogyanya terlebih dahulu memahami hakikat pendidikan dan hakikat pendidikan Islam. Hakikat pendidikan akan diketahui dengan pendekatan filsafat pendidikan. Secara ontologi, pendidikan berada dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat abstrak, tingkat potensial, dan tingkat praksis. Pertama, tingkat esensi abstrak, pendidikan bernilai universal, yakni pemanusiaan manusia. Orientasi filosofis pendidikan adalah sistem bimbingan yang berkesinambungan untuk menumbuhkembangkan potensi manusia menjadi manusia yang manusiawi (Suparlan Suhartono, 2007). Kedua,tingkat esensi potensial, pendidikan adalah suatu daya yang mampu membuat manusia berada di dalam kepribadiannya sebagai manusia, sebagai makhluk kreatif. Pada hakikat potensi ini cenderung menumbuhkembangkan kecerdasan intelegensi, sehingga terbentuk kepribadian kreatif (Suparlan Suhartono, 2007). Ketiga, tingkat esensi kongkrit, pendidikan adalah daya yang mampu mem buat setiap individu berkesadaran utuh terhadap hakikat keberadaannya berdasar pada nilai-nilai asal mula dan tujuan kehidupannya, sehingga menghasilkan kecerdasan spiritual, untuk mengendalikan perilaku individu, agar senantiasa sesuai dengan nilai asal mula dan tujuan kehidupan (Suparlan Suhartono, 2007)

Hakikat pendidikan akhlak tasawuf Walisongo adalah untuk membangun keharmonisan dalam pergaulan manusia melalui akhlakul karimah dan etika. Pendidikan ini juga bertujuan untuk membangun kesadaran spiritual-religius umat, sehingga mereka lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pendidikan akhlak tasawuf Walisongo memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

  • Memahami kondisi psikologis masyarakat
  • Tidak hanya mengajak untuk menerima Islam secara normatif-fiqhiyah atau simbolis-ritual
  • Membangun kesadaran spiritual-religius umat

Tasawuf akhlaki atau tasawuf sunni berfokus pada perbaikan akhlak dan mencari hakikat kebenaran. Tujuannya adalah untuk mewujudkan manusia yang dapat makrifat Allah SWT.

C.Tujuan Pendidikan Akhlak Tasawuf


Tujuan pendidikan akhlak tasawuf Walisongo adalah untuk membangun keharmonisan dalam pergaulan antar manusia, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Akhlak tasawuf merupakan konsep yang bertujuan untuk menumbuhkan perilaku berakhlak mulia kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan makhluk hidup lainnya. Tasawuf juga bertujuan untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari nafsu yang hanya sementara. Dalam pendidikan akhlak tasawuf Walisongo, para Walisongo mencoba memahami kondisi psikologis masyarakat Jawa. Mereka tidak hanya mengajak masyarakat untuk menerima Islam dari sisi normatif-fiqhiyah atau simbolis-ritual, tetapi juga membangun kesadaran spiritual-religius umat. Pendidikan akhlak tasawuf Walisongo berhasil menjadikan Islam sebagai agama mayoritas di masyarakat Jawa.
Tujuan pendidikan ialah batas akhir yang dicita-citakan dalam usaha pendidikan. Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan akhlak tasawuf, yakni perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada akhlak individu, dalam kehidupan pribadi atau kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya (Syamsul Kurniawan, dan Erwin Mahrus, 2011). Oleh karena itu, perlu diawali dengan pembahasan hakikat manusia dan tujuan pendidikan Islam untuk merumuskan tujuan pendidikan akhlak tasawuf. Kant menyebut akhlak tasawuf, dengan istilah tindakan akhlaki yang diilhami intuisi (intuisi akhlak). Menurut nya, manusia berbudi luhur ialah karena menuruti perintah intuitif mereka, tidak memerlukan argumentatif. Sebagai mana Kant dalam kutipan Murtadla Muthahari mengatakan: “Manusia dapat menyerahkan dirinya kepada orang lain, namun dia tidak dapat menyerahkan intuisinya pada orang lain. Manusia dapat menyerah pada penguasa tiran, atau pada perbuatan buruk, namun intuisinya tidak pernah kenal kata menyerah” (Murtadha Muthahhari, 1995). Kant mengatakan bahwa sanubari manusia terdapat nilai-nilai akhlak luhur manusia (Murtadha Muthahhari, 1995). Tujuan pendidikan akhlak tasawuf Kant ialah ajakan agar manusia menyadari sepenuh nya sifat kefanaan dari kehidupan dunia. Kekekalan hanyalah Tuhan, maka perbuatan manusia senantiasa diorientasikan kepada Tuhan (M. Bambang Pronowo 1994).

D.Metode Pendidikan Akhlak Tasawuf


Sampai dengan abad ke-8 H/14 M,belum ada  Islamisasi penduduk pribumi nusantara. Baru pada abad ke-9 H/14 M, penduduk pribumi mulai memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuknya Islam pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslim sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam, seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cerbon serta Ternate. Para penguasa kerajaankerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra-Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu atau Budha di nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa, kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkan sebagai rahmatan lil‘alamin (Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, 2007)
Metode pendidikan akhlak tasawuf Walisongo bertujuan untuk membangun keharmonisan dalam pergaulan antar manusia. Metode ini memiliki beberapa ciri, yaitu:

  • Memahami kondisi psikologis masyarakat
  • Tidak hanya mengajak untuk menerima Islam dari sisi normatif-fiqhiyah atau simbolis-ritual
  • Membangun kesadaran spiritual-religius umat
  • Membangun kesadaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt

Akhlak tasawuf merupakan konsep yang bertujuan untuk menumbuhkan perilaku berakhlak mulia. Ajaran tasawuf memiliki peran penting dalam pendidikan Islam, yaitu membina mental, moral, dan kepribadian manusia.

E.KESIMPULAN


          Walisongo dipercaya sebagai peletak batu pertama Islam di pulau Jawa. Kiprah Walisongo dalam peta penyebaran ajaran Islam di Indonesia pada umumnya, di pulau Jawa khususnya memang merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Kesuksesan dakwah Walisongo tidak terlepas dari metode pendidikan (dakwah) yang mereka terapkan. Metode pendidikan akhlak tasawuf Walisongo yang sarat dengan prinsipprinsip sufistik telah membuahkan hasil diterimanya Islam sebagai agama baru bagi masyarakat Jawa, bahkan menjadikan Islam sebagai agama mayoritas dan mengakar hingga sekarang. Metode pendidikan akhlak tasawuf Walisongo yang telah meng komunikasikan ajaran tasawuf yang memahami kondisi psikologis masyarakat Jawa sebagai sebuah realitas yang harus dipahami dengan kebesaran jiwa yang sebelumnya telah memiliki keyakinan dan corak sosial-budaya yang tidak sesuai dengan Islam.Selain itu, para Walisongo dalam melakukan aktivitas dakwahnya sangat memperhitungkan wilayah strategis. Beranjak dari sinilah, para Walisongo yang dikenal jumlahnya ada sembilan orang tersebut melakukan pemilihan wilayah dakwahnya, di Jawa Timur 5 wali, Jawa Tengah 3 wali, dan Jawa Barat 1 wali. Para Walisongo ketika itu juga sangat bijak memanfaatkan seni yang telah berurat-akar dan berkambang dalam masyarakat untuk menopang keberhasilan dakwah mereka. Di antara seni yang popular dijadikan media dakwah oleh para Walisongo adalah wayang kulit dan lagu-lagu gending.


Sumber:


https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/ALWATZIKHOEBILLAH/article/view/144#:~:text=Metode%20pendidikan%20akhlak%20tasawuf%20Walisongo,mendekatkan%20diri%20kepada%20Allah%20swt.&text=All%20publication%20by%20Jurnal%20Alwatzikhoebillah,Attribution%2DShareAlike%204.0%20International%20License

G.211.13.0096-04-BAB-I-20180606092843-IMPLEMENTASI-AUGMENTED-REALITY--DALAM-PEMBELAJARAN-PENDIDIKAN-AGAMA-ISLAM-(STUDI-KASUS-PENGENALAN-WALI-SONGO) (1).pdf
https://eskripsi.usm.ac.id/files/skripsi/G21A/2013/G.211.13.0096/G.211.13.0096-04-BAB-I-20180606092843-IMPLEMENTASI-AUGMENTED-REALITY--DALAM-PEMBELAJARAN-PENDIDIKAN-AGAMA-ISLAM-(STUDI-KASUS-PENGENALAN-WALI-SONGO).pdf

144-Article Text-373-1-10-20200828 (1) METODE PENDIDIKAN AKHLAK-TASAWUF WALISONGO
Muhammad Muhajir
Email: moehadjierm@staimasintang.ac.id
https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/ALWATZIKHOEBILLAH/article/download/144/116


Oleh Happy Maulana Putri (245211308)

Manajemen Bisnis Syariah/Fakultas Ekonomi Bisnis Islam

UIN Raden Mas Said Surakarta


Ditulis untuk memenui tugas dari Bapak Muhammad Ibnu Nafiudin,M.Pd.

Dalam mata kuliah Akhlak dan Tasawuf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun