Mohon tunggu...
Happy
Happy Mohon Tunggu... -

Seorang Ibu Rumah Tangga yang ingin berbagi tulisan dengan ibu - ibu yang lain. Follow me on Twitter @HappyHapsari12 :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Investasi Pilihan Saya

28 September 2015   12:33 Diperbarui: 28 September 2015   13:32 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mengatur keuangan, saya membagi keuangan saya menjadi 3 bagian, yaitu uang belanja bulanan, tabungan dana emergency dan tabungan jangka panjang.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, jumlah uang penerimaan bulanan saya selalu sama, yaitu sebesar gaji suami yang saya terima bulanan. Seperti yang saya kemukakan pada tulisan saya sebelumnya, saya berusaha memaksimalkan return dari uang belanja bulanan saya tersebut dengan penggunaan kartu kredit secara pintar.

Untuk keperluan belanja dan pengeluaran sehari - hari saya selalu menggunakan kartu kredit. Uang belanja bulanan yang telah saya sisihkan saya simpan di akun yang dapat memberikan return terbaik buat saya. Tempat penyimpanan yang saya pilih untuk uang bulanan tersebut adalah DEPOSITO MERDEKA dari BANK BUKOPIN. Kenapa deposito merdeka dan tidak deposito biasa yang pengembaliannya bisa lebih tinggi? Uang bulanan ini bukanlah saving, tetapi dana yang telah dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Daripada saya melakukan transaksi cash langsung, saya memilih menggunakan kartu kredit dimana dana bulanan ini akan digunakan untuk membayar tagihan kartu kredit tersebut. Oleh karena itu saya membutuhkan sarana investasi yang flexible (baca : dapat dicairkan sewaktu-sewaktu tanpa penalty), tanpa resiko (0 risk) dan memberikan pengembalian yang bagus. Akan sangat membantu bila dalam waktu luang kita, kita bisa window shopping untuk melihat produk - produk keuangan menarik apa yang tersedia di pasar.

Setelah mengalokasikan sejumlah dana untuk pengeluaran bulanan, saya menyisihkan sebagian lagi dari gaji bulanan untuk dimasukkan ke dalam tabungan dana emergency. Target jumlah dana emergency ini untuk saya adalah paling sedikit 6 bulan dari biaya hidup bulanan. Didalamnya termasuk angsuran rumah, angsuran mobil, uang sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari. Uang emergency ini saya simpan bentuk deposito reguler. Karena sesuai fungsinya yaitu dana emergency, kami membutuhkan dana ini untuk dapat dicairkan sewaktu-waktu dengan resiko yang paling rendah. Bentuk investasi lain yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk investasi skala menengah ini adalah bond pemerintah seperti ORI. Ketika saya telah mempunyai dana emergency sesuai target, yaitu 6 bulan biaya hidup, uang simpanan dana emergency ini saya alokasikan untuk 1. Perbaikan/penambahan rumah, dengan tujuan meningkatkan jumlah aset property. 2. Penambahan investasi pensiun.
Begitulah 2 bagian di atas yang menurut saya harus terpenuhi terlebih dahulu.

Dalam pengaturan keuangan saya, saya menaruh persentase menabung yang paling sedikit untuk tabungan jangka panjang ini. Bagi saya, tabungan jangka panjang ini adalah simpanan yang nantinya akan saya gunakan sebagai dana sekolah anak dan dana pensiun. Karena kebutuhan ini dapat diprediksi rentang waktunya dan dapat direncanakan, saya merasa cukup dengan memberikan kontribusi secukupnya, setelah kebutuhan mendasar yaitu 2 bagian yang saya sebutkan di atas terpenuhi.

Pilihan saya untuk menyimpan dana pendidikan adalah program asuransi pendidikan yang mempunyai nilai investasi. Kenapa asuransi dan bukannya reksadana atau bentuk simpanan yang lain? Karena dengan adanya asuransi, selain penerimaan uang yang terencana, program ini juga memberikan ketenangan pikiran, dimana jika saya atau suami, atau kami berdua meninggal, kami tahu bahwa anak-anak kami akan tetap dapat meneruskan sekolahnya.

Untuk dana pensiun, kami mempunyai 2 program dimana kami memberikan 2 kontribusi bulanan yang tidak memberatkan. 1 yaitu program kantor, seperti jamsostek contohnya, dimana kami memberikan kontribusi bulanan dan kantor juga ikut berkontribusi dalam program tersebut. Program yang lain yaitu kepemilikan reksadana, dimana kami melakukan pembelian bulanan. Kepemilikan reksadana sangat bagus untuk jangka panjang, karena trend jangka panjangnya nya yang selalu meningkat. Kenapa kami memilih membeli secara bulanan dan tidak melakukan jual beli reksadana? Hal ini akan saya bahas dalam tulisan saya selanjutnya mengenai reksadana.

Dalam mengatur keuangan keluarga, saya tidak selalu menuruti formula persentase pembagian keuangan yang umum. Karena setiap keluarga mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Saya mengatur keuangan saya berdasarkan prioritas. Ketika semua prioritas utama kami telah terpenuhi, maka saya baru beralih ke pemenuhan prioritas berikutnya. Prioritas ini pun akan berbeda - beda untuk setiap individunya.

Sebagai ibu rumah tangga, sebagian dari tanggung jawab kita adalah memastikan kelancaran kegiatan berumah-tangga. Keuangan adalah salah satu subyek yang dapat diatur dan dirancang dengan mudah dan tidak seharusnya menjadi alasan kericuhan dalam rumah tangga antara suami dan istri. Tentukan skla prioritas berdua dan mulai dengan prioritas paling tinggi lebih dahulu. Dalam tulisan ini, saya memberi contoh prioritas saya adalah nyaman dalam hidup sehari-hari dan saya menaruh prioritas pendidikan anak-anak di paling bawah sebelum pensiun. Sehingga persentase bagian untuk pendidikan anak-anak sangatlah kecil. Ada pasangan yang menempatkan pendidikan anak-anak sebagai prioritas utama dan menaruh persentase bagian yang cukup besar untuk simpanan pendidikan anak-anak mereka. Yang paling penting dari manajemen keuangan keluarga adalah perencanaan dan komunikasi terbuka antara suami istri.
Semoga tulisan saya tentang investasi pilihan saya dapat memberikan masukan tambahan dalam perencanaan keuangan keluarga anda. Happy Monday!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun