Mohon tunggu...
Happy Firnie Nur Khaila
Happy Firnie Nur Khaila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi: Bernyanyi dan menari Mbti Kepribadian: INFP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mental Health Issues: Low Faith, Low Mentality?

7 Juni 2024   16:00 Diperbarui: 7 Juni 2024   16:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun terakhir ini, isu mental health seringkali menjadi sorotan para netizen. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental. Namun sayangnya, masih terdapat stigma negatif dari masyarakat terhadap penyakit mental yang dialami si pasien dimana mereka mengatakan bahwa penyebab dari seseorang mengidap penyakit mental adalah kurangnya iman. Sehingga hal tersebut berdampak negatif terhadap proses pengobatan serta pemulihan pasien.

Pada dasarnya agama dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat satu sama lain dimana keduanya sama sama berkaitan dengan hati dan ketenangan jiwa. Selain itu, dikatakan bahwa "semakin dekat seseorang dengan Tuhan dan semakin banyak beribadah maka semakin tentram jiwanya dan semakin besar pula kemungkinannya menghadapi kekecewaan, kesulitan serta rintangan dalam hidup. Begitupun sebaliknya, semakin jauh seseorang dari agama atau Tuhan nya, maka semakin sulit baginya untuk menemukan kedamaian dalam batin" (Sukarni, 2017).

Iman berkaitan dengan naik dan turunnya kesehatan mental individu tetapi itu bukan berarti individu yang mengidap penyakit mental sudah pasti disebabkan oleh rendahnya iman mereka. Faktanya, terdapat beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang mengidap penyakit mental selain faktor spiritual yakni, faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor lingkungan. 

Stigma negatif masyarakat terhadap pengidap penyakit mental bukanlah suatu hal yang baru. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi di masyarakat dimana keluarga atau orang terdekat individu lah (si pengidap penyakit mental) yang telah memberikan stigma negatif tersebut sehingga sulit bagi individu (si pengidap) untuk membicarakan bahkan melakukan pengobatan. Pada salah satu media berita yaitu BBC News, seorang remaja 20 tahun menceritakan pengalamannya dimana sejak SMP dia memiliki pemikiran suicidal akibat dari kondisi lingkungan keluarga yang kurang baik. Hingga pada saat kuliah dia didiagnosa bipolar dan tidak punya teman sebagai tempat cerita. Bahkan dia tidak menceritakan penyakitnya pada keluarga dan lebih memilih diam dikarenakan stigma negatif dari keluarga dan masyarakat bahwa mencari bantuan kesehatan jiwa itu gila serta kurang iman.

Berdasarkan cerita diatas, maka masyarakat perlu memahami apa hubungan sebenarnya antara kesehatan mental dan keimanan individu sehingga tidak akan sembarangan menyatakan individu yang mengidap penyakit mental karena kurangnya iman. Selain itu, masyarakat juga perlu memiliki pengetahuan tentang kesehatan mental serta cara mengatasi atau mengobati masalah kesehatan mental sehingga bisa mengurangi stigma yang kurang tepat sekaligus mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya pengetahuan kesehatan mental. Menurut penulis, dari berbagai macam alternatif solusi yang lain, memberikan edukasi adalah solusi yang paling tepat karena mampu mengubah stigma masyarakat tentang hubungan kesehatan mental dengan iman sekaligus memberikan pengetahuan tentang keterkaitan kesehatan mental dengan agama(iman) sehingga dapat menghindari kesalahpahaman.

Terdapat berbagai macam cara untuk melakukan pengobatan penyakit mental, salah satunya dengan melakukan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif serta pemberian obat yang telah diresepkan. Kemudian perubahan gaya hidup yang lebih sehat juga diperlukan dalam proses penyembuhannya. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan : 

  • Mengurangi asupan gula dalam makanan

  • Memperbanyak makan buah dan sayur

  • Membatasi konsumsi minuman berkafein

  • Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol

  • Mengelola stress dengan baik

  • Melakukan olahraga secara rutin

Selain itu, terdapat juga terapi secara spiritual untuk meningkatkan stabilitas kesehatan mental individu seperti ruqyah syar'iyyah dalam agama islam. Terapi ini dikenal sebagai teknik terapi untuk gangguan jin, tetapi teknik ini juga bisa digunakan sebagai teknik terapi untuk gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh faktor spiritual. Dan pengaplikasiannya juga cukup mudah, individu bisa melakukan terapi ruqyah secara mandiri sesuai dengan syariat islam.

Informasi lebih lengkap bisa dibaca di :

Dai, N. F. (2020). Stigma Masyarakat terhadap Pandemi Covid-19. Prosiding Nasional Covid-19, 66-73.

Khatimah, Husnul. "Terapi Ruqyah dalam Pemulihan Kesehatan Mental." Journal of Islamic Guidance and Counseling, vol. 2, no. 1, 2018, pp. 79-93.


"Penuturan Remaja Yang Mencoba Bunuh Diri Saat SMP: 'Stigma Kurang Iman Salah Besar. Mereka Tidak Tahu Betapa Orang Itu Sudah Berjuang.'" BBC News Indonesia, BBC, www.bbc.com/indonesia/majalah-51470180.


Sukarni, S. (2017). Dzikir Dan Doa Bagi Ketenangan Jiwa Santri Di Pondok Pesantren As Salafiyah Kelurahan Srengsem Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. UIN Raden Intan Lampung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun