Mohon tunggu...
Happy Alliora H
Happy Alliora H Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta, Jurusan hub.Int

Mahasiswa UPN "Veteran" Yogyakarta, Jurusan hub.Int

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Indonesia di Panggung G20, Menggagas Masa Depan Hijau dengan Pengurangan Emisi

2 Desember 2024   14:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:06 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai Ketua G20 pada tahun 2022, Indonesia membawa fokus dunia pada pentingnya transformasi menuju ekonomi hijau. Langkah ini sejalan dengan tantangan global untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin nyata, seperti bencana alam ekstrem dan peningkatan suhu global. Dalam posisi ini, Indonesia tidak hanya memimpin diskusi, tetapi juga memperkenalkan langkah-langkah nyata untuk menunjukkan komitmen dalam transisi energi bersih.

Krisis Global: Mengapa Ekonomi Hijau Diperlukan?  

Perubahan iklim telah menjadi ancaman yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Naiknya permukaan laut, meningkatnya suhu bumi dan juga berimbas pada berkurangnya keanekaragaman hayati yang menjadi bukti nyata dari krisis ini. Di tengah isu ini, G20 menjadi forum penting yang mempertemukan negara-negara penghasil emisi terbesar di dunia. Sebagai tuan rumah, Indonesia memahami bahwa ekonomi hijau adalah solusi utama untuk menghadapi krisis ini.  

Dalam ekonomi hijau, pertumbuhan ekonomi beriringan dengan perlindungan lingkungan. Hal ini melibatkan transisi dari penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan bioenergi. Kebijakan ini tidak hanya mengurangi emisi karbon tetapi juga membuka peluang kerja baru, terutama di sektor teknologi hijau.  

Inisiatif Indonesia untuk Ekonomi Hijau  

Indonesia telah memulai sejumlah program yang mendukung agenda ekonomi hijau. Salah satu inisiatif besar adalah FOLU Net Sink 2030 (Forestry and Other Land Use), di mana Indonesia berkomitmen untuk menjadikan sektor kehutanan sebagai penyerap karbon bersih pada tahun 2030. Dengan kata lain, Indonesia berupaya memastikan bahwa emisi karbon dari sektor ini lebih kecil dibandingkan dengan yang diserap.  

Selain itu, pemerintah juga fokus pada pengembangan energi terbarukan. Contoh yang menonjol adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan. Dengan kapasitas 75 MW, proyek ini menjadi pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia yang memberikan energi bersih untuk ribuan rumah tangga. Langkah ini menunjukkan potensi besar Indonesia dalam memanfaatkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan nasional.  

Indonesia di G20: Memimpin Transisi Energi Global

Sebagai Ketua G20, Indonesia memanfaatkan posisinya untuk mendorong transisi energi global. Melalui forum ini, Indonesia mengedepankan dua agenda utama:  

1. Pendanaan Berkelanjutan: Untuk membantu negara berkembang mengadopsi energi terbarukan, Indonesia memimpin pembicaraan mengenai pendanaan internasional. Salah satu hasil nyata adalah kesepakatan pendanaan sebesar USD 20 miliar melalui skema Just Energy Transition Partnership (JETP).  

2. Teknologi Hijau: Indonesia juga mempromosikan kolaborasi teknologi antara negara maju dan berkembang untuk memastikan akses yang lebih luas terhadap inovasi ramah lingkungan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun