Mohon tunggu...
Happy Ferdian
Happy Ferdian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya adalah seseorang yang ingin aktif menulis, walaupun keterbatasan dalam hal-hal pendukung tulisan, saya berusaha untuk menulis dengan karakter saya. Insya Allah, secara perlahan saya akan belajar lebih baik dalam membuat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Run, Toyota, Run!

16 Maret 2010   14:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sengaja memplesetkan judul sebuah film Jerman yang berjudul Run, Lola, Run! Menjadi judul tulisan saya kali ini. Saya menulis tulisan ini terkait dengan semakin memanasnya isu cacat produksi mobil-mobil keluaran pabrikan otomotif terbesar di dunia asal Jepang yakni Toyota. Cacat produksi yang terfokus pada masalah gangguan di pedal gas dan pedal rem pada seri-seri terlari seperti Camry, Lexus hingga kendaraan idola para pecinta lingkungan, Toyota Prius.
Kejadian yang menghebohkan ini mengguncang sebagian besar pasar Toyota di Amerika Utara dan Eropa serta beberapa kecil di pasaran dunia lainnya, membuat pabrikan otomotif andalan Jepang ini menjadi bulan-bulanan warga dunia. Penarikan mobil atau yang lebih tepatnya recall ini bertujuan untuk sesegera mungkin memperbaiki cacat tersebut demi keselamatan konsumen Toyota yang berjumlah puluhan juta di seluruh dunia.
Isu ini terungkap setelah muncul laporan di Amerika mengenai keluhan pedal gas dan pedal rem oleh para konsumen yang menyebabkan kecelakaan berjumlah kurang lebih 50 kasus. Di negara yang sensitif terhadap pelayanan kualitas seperti negara-neagar di Amerika Utara dan Eropa langsung meneliti laporan tersebut. dan akhirnya Toyota pun dituntut untuk mepertanggungjawabkan kelalaiannya tersebut. Kecaman yang mengalir deras tak saja membuat pimpinan Toyota pusing bukan kepalang, pemerintah Jepang pun turut terkena imbasnya. Pemerintah negeri matahari terbit tersebut merasa jatuh kewibawaannya di mata dunia terkait kasus yang dialami anak emas mereka (baca: Toyota).
Wajar jika cacat produksi yang mungkin jika di Indonesia belum tentu ditanggapi dengan sensitivitas tinggi oleh otoritas pemerintah ini, membuat Jepang secara umum kalang kabut untuk cepat-cepat memperbaiki reputasinya di mata dunia. Toyota yang melegenda karena produksi mobil-mobilnya yang bersifat universal dan mampu diterima dengan mudah oleh banyak orang di seluruh dunia ini, kini harus bertaruh mati-matian dalam menyelesaikan kasus tersebut dengan sebaik mungkin. Secara tidak langsung, hidup dan matinya kedigdayaan ekonomi dan industri Jepang terancam terpuruk karena kasus yang didera Toyota ini.
Apapun rencana yang tengah dirancang Toyota dalam mengatasi krisis yang melilitnya itu, saya yakin pabrikan mobil yang telah menjadi banyak bagian hati bagi banyak orang di dunia ini akan segera bangkit dan kembali menunjukkan tajinya. Saya rasa bukan saya sendiri yang berpendapat seperti itu, karena terbukti Toyota sejak lama telah menjelma menjadi sebuah kendaraan yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat dunia dengan sangat baik dan mendapatkan kepercayaan besar darinya.
Run, Toyota, Run! Semua masalah pasti akan menemukan titik terangnya, kesalahan yang telah terjadi sebaiknya dijadikan cambuk liat untuk perubahan positif kedepannya. Bukan maksud saya mengangkat tulisan ini berarti tidak mencintai Indonesia, tapi lebih karena simpati saya terhadap pabrikan otomotif yang telah memasyarakat luas ini. Indonesia tetap nomor satu untuk saya, dan keprihatinan terhadap Toyota adalah my second opinion.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun