Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Madu Dua

18 Juni 2024   16:03 Diperbarui: 18 Juni 2024   16:11 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi madu dua. (Sumber gambar: mediasantrinu.com)

Madu Dua

Daku terjerat di kubangan madunya

Rayuan madunya membuatku terbuai, diri terkelabui

'Ku meraung 'tak tahu diriku t'lah menahun

Lari pun, kaki t'lah terjerat oleh keempat rantai abadi

Pesan-pesan angin bagai nestapa 'ku terpapa

Berharap malam cepat berlalu, menutup mata tenangkan jiwa dari bisingnya kabar angin yang mendinginkan raga

'Ku terbangun ternyata cerahnya sinar mentari menelanjangi aibku, 'ku kembali papa

'Ku pikir akulah wadah benih cinta sejatinya dan selamanya

Ternyata dia juga t'lah banyak menanam benih di sana sini, dengan wadah-wadah jelita nan polos yang terkelabui

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun