Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sang Pelopor "Gaya Bermetode" (Methodist), John Wesley Namanya

28 Mei 2024   10:37 Diperbarui: 28 Mei 2024   11:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu ia merasa diingatkan oleh kata-kata Rasul Paulus di dalam Surat Roma bahwa ia tidak mungkin menemukan kesempurnaan imannya dan keteduhan kehidupannya selain melalui iman kepada kasih Allah.

Sejak itu John Wesley mengajarkan pengalamannya yang baru ini dan banyak orang yang sebelumnya tidak ke gereja mulai tertarik akan ajarannya.

Banyak orang yang meminta Wesley untuk mengajar dan mengarahkan kehidupan dan iman mereka.

Wesley mengumpulkan orang-orang ini dalam "persekutuan-persekutuan untuk berdoa bersama, mendengarkan firman, dan saling mengawasi di dalam kasih, agar mereka dapat mengerjakan keselamatan mereka masing-masing."

Persekutuan yang dinamai Holy Club ini dipimpin oleh John Wesley bersama saudaranya, Charles.

Mereka menetapkan jadwal doa harian, jam-jam untuk mengunjungi orang-orang sakit dan para tahanan di penjara, membuka sekolah-sekolah untuk orang-orang miskin, dan menjalankan jam-jam doa Gereja.

Tiga kali sehari mereka berdoa dengan suara keras dan setiap jam mereka menghentikan pekerjaan mereka untuk berdoa di dalam hati.

Aturan-aturan ini menyebabkan mereka diejek oleh teman-teman mereka sebagai orang-orang yang "bermetode" atau "Methodist".

Gerakan ini segera menyebar ke Irlandia dan belakangan ke Amerika. Namun demikian, Uskup London tidak mau menahbiskan para pendeta yang akan melayani dalam perhimpunan-perhimpunan Methodist.

Ia pun tidak mau menahbiskan tempat-tempat pertemuan mereka. Melihat keadaan ini, Wesley menyadari bahwa kalau ia ingin mengembangkan pelayanannya, ia harus melanggar aturan-aturan Gerejanya sendiri, seperti menahbiskan para pendeta dan tempat-tempat perhimpunannya.

Selain itu, Wesley juga diperhadapkan dengan pengikut-pengikutnya di Amerika, yang tidak lagi dilayani oleh pendeta-pendeta Anglikan yang telah kembali ke Inggris karena pecahnya Perang Kemerdekaan Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun