Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dengan Mulut yang Sama Mengeluarkan Perbendaharaan yang Berbeda

5 Mei 2024   17:12 Diperbarui: 5 Mei 2024   17:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulut yang Baik atau Mulut yang Jahat

Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. (Matius 12:35).

Perhatikan! Ini penting. Orang yang kelihatan rohani sekali dalam hidupnya, belum tentu adalah orang yang sungguh-sungguh telah percaya dan terima Yesus Kristus sebagai Allah dan Tuhannya, jikalau masih selalu berbicara tentang hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.

Orang Farisi dikalangan orang-orang Israel dipandang sebagai kaum rohaniawan. Tetapi orang Farisi ini juga yang selalu dan bahkan cenderung menyerang kuasa kebenaran yang diberitakan.

Baca juga: Pertemuan Itu

Saat Yesus menyembuhkan seorang buta dan tuli karena kerasukan setan, "para beludak" (versi penulis dalam menyebut orang-orang Farisi dan sejenisnya) ini berkata (dalam hatinya): "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Yang lain mengatakan: "Ia ini agaknya Anak Daud." Mereka tetap ragu dengan kuasa yang menyertai Yesus.

Mereka ini (termasuk "para beludak") adalah golongan orang-orang yang termasuk dalam menghujat Roh Kudus, sebab mereka mengatakan: "Dengan penghulu setan Ia (Yesus) mengusir setan". Dengan kata lain, mereka tidak memercayai kuasa Roh Kudus. Dan itu adalah dosa kekal. Tidak memercayai kuasa Roh Kudus!

Refleksi:

1. Apakah Anda sudah sungguh-sungguh percaya dan terima Yesus sebagai Allah dan Tuhan?

2. Apakah hidup kerohanian Anda sudah sungguh-sungguh murni dihadapan Allah?

3. Apakah hati, pikiran bahkan mulut Anda sudah sungguh-sungguh mengeluarkan perbendaharaan yang baik?

4. Apakah Anda memercayai kuasa Roh Kudus dalam pemberitaan Anda?

Orang yang selalu berbicara tentang hal-hal yang baik, bahkan cenderung dalam perbendaharaannya menghadirkan tentang kerajaan Allah, bisa dipastikan bahwa orang tersebut adalah orang baik yang telah percaya kepada Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh.

Sebaliknya, apabila orang selalu berkata hal-hal yang tidak baik dan cenderung perbendaharaannya jahat, selalu meragukan kuasa Allah, bahkan kuasa yang ada pada dirinya, maka jangan salahkan saya bila mengatakan kepada Anda! Bertobatlah! Bertobatlah! Bertobatlah!

Memberi Jawab dengan Tepat dan Benar

Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesus pun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." ((Matius 21:23-27).

Memberi pertanggungan jawab (berapologetika) mengenai pengharapan yang ada pada kita (Kristen) kepada orang-orang (non-Kristen), tidak bisa dilepaskan dari Kehidupan Kekristenan. Itu (Apologetika) ibarat sebuah 'Segitiga Permata' dalam diri Kekristenan.

Mata, akal budi dan hati nurani. Mata sebagai teleskop dengan jelas melihat para penentang iman secara langsung, akal budi sebagai penilik argumentasi para penentang iman dan hati nurani sebagai puncak keputusan iman.

Ketika Yesus mengajar di Bait Allah, datanglah beberapa "para beludak" menanyai Yesus tentang asal kuasa Yesus dan siapakah yang memberi kuasa tersebut pada Dia (ay. 23).

Ketika itu Yesus menyembuhkan orang-orang buta dan orang-orang timpang. (ay. 14). Oleh karena mujizat-mujizat itulah maka "para beludak" ini menanyai Yesus (ay. 15).

Dalam percakapan Yesus dengan "para beludak" itu, khususnya dalam memberi jawab, tersirat bagi kita di masa kini bahwa dalam berapologetika, kita juga harus kembali bertanya sebelum menjawab argumentasi orang yang menyerang iman kita tersebut. Itu nampak pada ayat ke-24. Kedua, tidaklah selalu kita harus memberi jawab kepada orang-orang yang menyerang iman kita.

Diam adalah jawaban yang tepat. Apalagi jika kita mengatakan: "Maaf, saya juga tidak bisa mengatakannya.." (ay. 27b).

Sikap diam adalah salah satu jawaban yang tepat atas argumentasi-argumentasi yang kelihatannya mencari-cari kesalahan yang tidak jelas arah dan tujuannya. Kembali bertanya setelah orang lain bertanya kepada kita adalah juga salah satu strategi Apologetika Kekristenan.

Apakah kedua unsur ini sudah ada dalam diri Anda dalam memb'ri pertanggungan jawab kepada orang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun