Yang mana puisi tersebut menggambarkan betapa banyaklah cita-cita manusia di muka bumi ini. Namun yang terpenting ialah malah melupakan cita-cita terpentingnya, yakni tempat berteduhnya, "punya rumah".
Â
Cita-Cita
Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah saat senja
Supaya saya dan senja sempat minum teh bersama di depan jendela
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan makin bertumpuk,
uang makin banyak maunya, jalanan macet, akhirnya pulang terlambat.
Seperti turis lokal saja, singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat
Terberkatilah waktu yang dengan tekun dan sabar
Membangun sengkarut tubuhku menjadi rumah besar yang ditunggui seorang ibu
Ibu waktu berbisik mesra, "Sudah kubuatkan sarang senja di bujur barat tubuhmu
Senja sedang berhangat-hangat di dalam sarangnya."