Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahasa adalah Sentuhan Kasih: "Kabar Baik" Hadir dalam Bahasa "Mereka"

25 April 2024   10:53 Diperbarui: 25 April 2024   13:03 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita patut belajar dari rasul Paulus. Dalam perjalanannya, Paulus pernah menggunakan hak kewarganegaraannya sebagai warga Romawi. Kita bisa melihatnya dalam Kisah Para Rasul 16:19-40. Kala itu, peristiwanya seperti ini. Paulus dan rekannya, Silas dianiaya dan diadili semena-mena tanpa dihadapkan kepada pengadilan yang sah pada waktu itu. Paulus dan Silas bahkan dipenjarakan dan dianiaya. Setelah para pembesar-pembesar kota mengetahui kewarganegaraan Paulus, maka mereka sangat ketakutan dan bahkan menyuruh Paulus untuk pergi meninggalkan kota itu dengan begitu saja, tanpa mereka meminta maaf. Tersirat kepada kita, bahwa Paulus juga pastilah menguasai bahasa Romawi. Sebab dia berkewarganegaraan Romawi. Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar."  (Kisah Para Rasul 16:37). Dugaan penulis, Paulus di sini sedang menggunakan bahasa Romawi kepada mereka yang menganiaya Paulus dan Silas. Sebab mereka gentar dan ketakutan pada Paulus.

Penulis adalah salah satu orang yang gemar belajar bahasa. Meski tidak pernah mengecap studi formal dalam sastra bahasa. Namun secara otodidak, penulis suka mempelajari bahasa-bahasa setempat yang ada. Penulis, waktu pelayanan lintas budaya di daerah Langkat, Padang Sidempuan, Batubara dan, Asahan, dan Aceh sudah mempelajari berbagai bahasa setempat, seperti: Bahasa Batak Mandailing-Angkola, bahasa Pujakesuma, bahasa Melayu Deli, Melayu Batubara, dan sedikit bisa berbahasa Aceh. Sudah ada lima bahasa yang penulis pelajari, dan puji Tuhan sudah dikuasai sedikit banyaknya. Soli Deo Gloria!

Kalau ditanya, strategi apa dan bagaimana yang dilakukan penulis agar bisa mempelajari dan menguasai bahasa-bahasa itu? Penulis hanya bisa berkata, teladanilah Yesus, para rasul-Nya dalam pemberitaan Injil dan membumilah dalam bahasa-bahasa setempat dengan cara, sering-seringlah pergi (Matius 28:19) ke daerah-daerah, ke desa-desa, ke pelosok-pelosok. Singgah dan "bercakap-cakaplah" dengan orang-orang yang Anda jumpai, seperti; jumpai mereka di rumah, di kedai atau warung kopi, di pasar, di jalan, di taman, di ladang, di sawah, di sungai, di laut, di pantai, di tempat penjualan-penjualan  ikan, di pelabuhan-pelabuhan, di lapangan sepak bola dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semua hal yang penulis sebutkan di atas sudah dialami oleh penulis, dan itulah "Taman Eden" pelayanan penulis.

"Membumilah di bumi Pertiwi dalam bahasa dan pekabaran Injil-Nya."

Sudahkah Anda mempelajari bahasa-bahasa setempat yang ada dalam memuliakan-Nya?

Kesimpulan

Biarlah Allah hadir dalam bahasa "mereka" melalui pemberitaan Injil yang Anda lakukan, dan kasih Anda serta bahasa yang Anda pelajari dari suku-suku mereka untuk memenangkan mereka bagi Kristus.

Paulus pernah berkata,  "..,aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang." (1 Korintus 9:19b).

"Bahasa menjadi sarana penyampai suara totalitas kehidupan, antara Allah kepada manusia, pun manusia kepada Allah dan sesamanya. Bahasa adalah jembatan pertemanan. Jembatan antara Injil  kasih karunia Allah dengan manusia berdosa. Sebab melalui bahasa-lah, Injil tersampaikan kepada mereka yang berdosa dan diselamatkan."

Bahasa adalah suara ke-saling-pengertian satu dengan yang lainnya. Dengan bahasa sesama manusia bisa saling mengerti dan berkomunikasi.

"Komunikatif-lah dalam memberitakan Injil-Nya, agar Injil hadir dalam bahasa mereka dan diselamatkan. Keselamatan jiwa manusia berdosa terletak pada Injil. Letakkan-lah Injil tersebut dengan bahasa yang sederhana dan komunikatif."

Teladanilah Yesus, para rasul-Nya dalam pemberitaan Injil dan "membumilah" dalam bahasa-bahasa setempat dengan cara, sering-seringlah pergi (Matius 28:19) ke daerah-daerah, ke desa-desa, ke pelosok-pelosok. Singgah dan "bercakap-cakaplah" dengan orang-orang yang Anda jumpai, seperti; jumpai di rumah, di kedai/warung kopi, di pasar, di jalan, di ladang, di sawah, di sungai, di pantai, di tempat penjualan-penjualan  ikan, di pelabuhan-pelabuhan, di lapangan sepak bola dan masih banyak lagi. Membumilah di bumi Pertiwi dalam bahasa dan pekabaran Injil-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun