Mohon tunggu...
Haposan Christian
Haposan Christian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Merupakan Siswa SMA

mempunyai hobi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jejak Pesantren: Pelajaran Hidup dari Daarul' Uluum

17 November 2024   14:44 Diperbarui: 17 November 2024   14:49 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hidup adalah perjalanan panjang untuk belajar. Ilmu terbaik adalah yang mampu membimbingmu menjadi lebih manusiawi." 

Saat kami, siswa kelas 12-6 SMA Kolese Kanisius, melangkah masuk ke gerbang Pesantren Modern Daarul 'Uluum, Bogor, udara dingin dan suara lantunan doa seolah menyambut dengan kedamaian yang tak biasa. Ekskursi ini bukan sekadar perjalanan, melainkan sebuah undangan untuk merenungi kehidupan yang berbeda, namun penuh makna. Berikut saya sajikan pengalaman-pengalaman yang selalu tertanam dalam benak saya ketika berbicara mengenai "Daarul' Uluum".

Debat dan Kepemimpinan: Panggung Berpikir Kritis  

Canilens
Canilens

Aula sederhana itu mendadak berubah menjadi ruang penuh energi ketika para kandidat ketua Hisada---sebutan OSIS di pesantren ini---beradu argumen. Suara mereka tegas, visi yang disampaikan begitu menggugah. Salah satu kandidat, berkata dengan penuh keyakinan, "Pemimpin bukan tentang siapa yang di depan, tapi siapa yang paling siap mengayomi.". Ruangan itu dipenuhi suasana serius namun menggugah, menampilkan betapa santri-santri muda ini memandang kepemimpinan sebagai tanggung jawab besar. Bukan sekadar jabatan, melainkan amanah untuk membawa perubahan. Debat ini membuka mata kami bahwa pendidikan sejati melibatkan lebih dari sekadar hafalan; ia mencakup pembentukan karakter yang tangguh dan empati yang mendalam.

Melihat para santri berdiskusi dengan percaya diri dan penuh wawasan, kami tersadar bahwa pendidikan yang baik melampaui buku teks---ia mencetak karakter. Pesantren telah berhasil menunjukkan bahwa tradisi bisa menjadi landasan kuat untuk membangun generasi berdaya saing tinggi.

Kehidupan Mandiri dan Keseimbangan Alam  

Canilens
Canilens

Usai debat, perjalanan membawa kami ke taman botani pesantren, sebuah ruang yang dipenuhi dedikasi dan inovasi. Kolam ikan mujair berkilauan, telur bebek dan ayam yang tertata rapi, hingga budidaya ulat maggot yang mengubah limbah menjadi sumber protein berharga. Seorang santri menjelaskan dengan penuh semangat, "Maggot ini kecil, tapi manfaatnya besar. Sama seperti kita, tidak peduli seberapa kecil peran kita, pasti ada dampaknya." Kalimat itu membuat kami berpikir: setiap usaha, sekecil apa pun, memiliki nilai.

Taman ini bukan hanya soal produktivitas, tetapi juga harmoni. Ia mencerminkan keseimbangan antara manusia dan alam, sesuatu yang terkadang terlupakan di kehidupan modern. Mengamati kesungguhan para santri dalam merawat tanaman, hewan, dan lingkungan sekitarnya, kami belajar bahwa hidup yang sederhana justru mampu menghasilkan keberlanjutan yang luar biasa.

Tantangan di Arus Sungai  

Canilens
Canilens

Momen paling mendebarkan adalah saat menyusuri sungai bersama para santri OSIS. Sungai dengan arus deras dan air yang keruh itu menjadi arena kerja sama dan keberanian. Tawa kami bercampur dengan teriakan antusias, terutama saat melewati bagian sungai yang penuh tantangan. Ada saat ketika seorang teman hampir tergelincir, seorang santri sigap memegang tangannya sambil berkata, "Di sini, kita tak pernah berjalan sendiri." Kalimat sederhana itu menjadi cerminan solidaritas yang begitu mengakar di pesantren ini.

Namun, sungai yang cukup tercemar juga menjadi pengingat: lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Seorang santri berbicara dengan nada serius, "Kami sedang mencoba membersihkan sungai ini, tapi tidak bisa sendirian. Perubahan butuh semua pihak." Pernyataan ini menjadi tamparan lembut bagi kami, siswa kota, yang kadang lalai terhadap lingkungan di sekitar kami.

Disiplin: Landasan Kokoh Menuju Masa Depan  

Canilens
Canilens

Di balik semua aktivitas yang kami jalani, hal paling mengesankan adalah disiplin para santri. Jadwal mereka terstruktur dari pagi hingga malam, mencakup shalat berjamaah, belajar, hingga kegiatan produktif. Bahkan dalam waktu luang, mereka memilih membaca atau berdiskusi. Disiplin ini mengingatkan kami pada kata-kata Thomas Edison, "Keberhasilan adalah 1% inspirasi dan 99% kerja keras." Mereka tidak hanya hidup untuk saat ini, tetapi menanamkan fondasi untuk masa depan. Jadwal ketat dan tanggung jawab besar yang mereka jalani tak pernah menghapus senyum di wajah mereka, menunjukkan bahwa kedisiplinan bisa menjadi sumber kebahagiaan sejati.

Tekad mereka semakin terlihat saat kami berbincang dengan seorang santri yang jauh dari keluarga. "Awalnya sulit, tapi saya belajar bahwa semua ini membentuk saya menjadi lebih mandiri dan tangguh," katanya dengan senyum penuh keikhlasan. Kehidupan pesantren mengajarkan nilai-nilai yang mungkin sulit ditemukan di luar, seperti kemandirian, tanggung jawab, dan pengorbanan untuk sesuatu yang lebih besar.

Refleksi di Balik Kesederhanaan  

Ekskursi ini membuka mata kami bahwa kehidupan di pesantren adalah kombinasi unik antara kesederhanaan dan kebijaksanaan. Dari taman botani hingga arus sungai, dari debat OSIS hingga obrolan ringan dengan para santri, kami menyadari bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang apa yang dipelajari, tetapi bagaimana kita hidup.

Kementerian Agama mencatat bahwa pesantren adalah salah satu institusi yang paling efektif dalam mencetak generasi berkarakter. Daarul 'Uluum, dengan segala keunikannya, menjadi bukti nyata bahwa pendidikan bisa berakar pada tradisi sambil tetap relevan di era modern. Di tengah kesederhanaan, kami menemukan pelajaran yang begitu mendalam tentang kerja keras, keberanian, dan rasa saling menghargai. 

Pulang dengan Pesan Kehidupan  

Ketika akhirnya kami meninggalkan Daarul 'Uluum, hati ini penuh dengan rasa syukur. Pesantren ini mengajarkan kami lebih dari sekadar wawasan---ia menghidupkan nilai-nilai. Kami pulang membawa tekad untuk menjalani hidup dengan lebih disiplin, peduli pada sesama, dan menghargai setiap kesempatan. Sebagaimana motto Daarul 'Uluum, "Berilmu, Berakhlak, Beramal," pengalaman ini menyadarkan kami bahwa menjadi manusia yang berarti adalah tentang keseimbangan antara ilmu, karakter, dan aksi nyata. Pesantren itu bukan hanya tempat belajar, melainkan juga sumber inspirasi bagi siapa pun yang ingin menemukan makna sejati dalam kehidupan.

Ekskursi ini bukan akhir dari perjalanan, tetapi awal dari semangat baru yang kami bawa. Sebuah harapan untuk terus belajar, berbagi, dan berbuat lebih banyak bagi dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun