Mohon tunggu...
Haposan Christian
Haposan Christian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Merupakan Siswa SMA

mempunyai hobi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Humor dalam Beropini

19 Mei 2023   16:55 Diperbarui: 19 Mei 2023   17:08 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teks Anekdot merupakan teks yang mengandung humor, seperti dalam artikel ini yang membahas penggunaan anekdot oleh Gus Dur dalam menyampaikan opini. Pendekatan ini memungkinkan opini yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh berbagai pihak. Menurut saya, tindakan ini unik dan positif karena dalam situasi yang tegang, beropini melalui teks anekdot dapat memudahkan penerimaan opini tanpa menyinggung perasaan, sementara makna yang diungkapkan tetap tersampaikan. 

Teks Anekdot adalah cerita atau percakapan singkat yang mengandung humor atau kelucuan. Namun, kelucuan dalam anekdot tidak hanya untuk mengundang tawa, tetapi juga mengajak untuk merenungkan kebenaran. Kebenaran ini sering kali merupakan kritik terhadap isu-isu kehidupan orang-orang penting atau terkenal. 

Contoh Teks Anekdot: "AC Yang Berfungsi Kembali" 

Pada pagi hari di kelas, Andi, Budi, dan Tono sedang berbincang-bincang tentang sekolah baru mereka sebagai murid kelas 11.

 Tono: Guys, bagaimana tanggapan kalian tentang sekolah ini, ada kritik atau saran? 

Budi: Hmmmm... menurutku, sampai saat ini baik-baik saja, tapi ada satu hal yang membuat emosi, yaitu AC kelas yang sering mati-mati. Sudah lama kita melaporkannya, tapi kondisinya masih sama. 

Andi: Benar, sangat panas saat belajar, sulit fokus. Sekolah memang mewah, tetapi fasilitasnya kurang memadai. 

Budi: Hahaha. 

Tono: (Tersenyum) 

Keesokan harinya, AC di kelas berfungsi dengan baik kembali. Melihat hal ini, Andi dan Budi menjadi bingung. 

Andi: Budi, mengapa AC tiba-tiba berfungsi lagi? 

Budi: Ya, benarkah? Apakah ini karena Tono? Mungkinkah Tono... 

Andi: Saya merasa khawatir. Untungnya kami berbicara dengan baik terhadap kondisi tersebut. Bagaimana jika kami mengungkapkan ketidaksenangan secara tegas? Apa yang akan terjadi? 

Budi: Ya, kita harus hati-hati dalam berbicara di sini. 

Teks Anekdot ini menggambarkan kebebasan beropini pada era Orde Baru (yang juga dikritik oleh Gus Dur). Beropini dengan hati-hati dibutuhkan, karena jika berkesan menentang, kita dapat menghadapi masalah. Namun, jika opini kita mendukung atau tidak menyinggung, kita cenderung aman dari masalah. 

Dalam teks anekdot, fungsi yang paling dominan adalah fungsi primer sebagai sarana ekspresi terkait dengan ketidaksukaan, ketidakpuasan, kejengkelan, kebencian, dan sebagainya. Teks ini mencerminkan ketidaksukaan penulis terhadap situasi pada era Orde Baru dan mungkin juga pada masa-masa lain di mana masyarakat diharuskan beropini yang hanya mendukung tanpa ada kritik yang menentang. 

Penulis menggunakan anekdot sebagai sarana untuk beropini, dan dapat dilihat bahwa kritik terhadap kebebasan beropini muncul ketika AC di kelas tiba-tiba berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa banyak orang melaporkan tindakan kita, dan untungnya Andi dan Budi memberikan tanggapan yang baik terhadap kondisi tersebut. Namun, jika mereka mengungkapkan ketidakpuasan secara tegas, dampak apa yang bisa menimpa mereka?.

Teks anekdot ini tidak hanya berhubungan dengan kebebasan beropini pada era Orde Baru, tetapi juga relevan dengan situasi saat ini di sekitar kita. Namun, penolakan bukan dalam bentuk hal-hal yang menyakiti kita, melainkan dalam bentuk penolakan terhadap kita sebagai individu. 

Ketika kita memberikan kritik kepada seseorang, mereka mungkin tidak menerimanya dan akan memberikan respons penolakan baik secara verbal maupun fisik. Ada juga pihak yang menolak kita dengan cara menjatuhkan kita, mengungkit kekurangan yang tidak berhubungan dengan permasalahan hanya untuk menjatuhkan kita karena mereka tidak setuju dengan kritik atau opini yang kita berikan kepada mereka. 

Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kita dapat menyampaikan opini dalam berbagai bentuk, termasuk teks anekdot. Kelebihan dari penyampaian melalui anekdot adalah pihak yang dituju tidak terlalu merasa tersinggung karena kritik kita disampaikan dengan humor, sehingga raut muka yang kesal dapat berubah menjadi tawa. Selain itu, penyampaian kita menjadi lebih jelas melalui contoh kejadian dan karakter yang menggambarkan opini kita. Namun, perlu diingat bahwa setiap opini pasti akan mendapat tanggapan positif atau negatif, termasuk teks anekdot yang juga dapat menerima tanggapan negatif. 

Oleh karena itu, kita harus bijak dalam beropini dan juga dalam menanggapi reaksi orang lain terhadap opini yang kita sampaikan. Dengan demikian, pikiran yang terbuka dapat terwujud, dan tidak perlu menimbulkan masalah baru yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Terima kasih. (BFL/04) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun