Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tahun 2021 Provinsi Jawa Barat menghasilkan sekitar 1,07 juta ton tsampah. Di Kabupaten Sukabumi memiliki timbunan sampah tahunan paling banyak di Jawa Barat, yakni 397,9 ribu ton per tahun 2021. Kemudian di Kota Bogor menjadi wilayah penyumbang timbunan sampah terbesar kedua di provinsi Jawa Barat yakni 245,92 ribu ton sampah per tahun. Setelahnya ada di Kabupaten Ciamis dengan 208,8 ribu ton sampah per tahun, Kabupaten Sumedang sebanyak 161,46 ribu ton per tahun, dan Kota Sukabumi 65,79 ribu ton per tahun. Penghasil sampah terbanyak di Jawa Barat pada 2021 adalah sampah rumah tangga, dengan porsi mencapai 59,21% dari total sampah di provinsi tersebut. Diikuti sampah dari pasar sebanyak 12,16%, dan sampah dari aktivitas perniagaan sebanyak 8,66%.
Adapun di Kabupaten Karawang menghasilkan sekitar 1.200 ton sampah per hari, namun hanya sekitar 350 ton yang berhasil diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini menciptakan penumpukan sampah di tempat pembuangan sementara, yang sering terjadi hampir setiap hari, Salah satu masalah utama adalah keterbatasan jumlah armada pengangkut sampah. Dengan tingginya volume sampah dan rendahnya kapasitas pengangkutan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang kewalahan dalam menangani limbah. Sistem pengelolaan sampah di Karawang belum sepenuhnya terintegrasi dan efektif. Proses pemilahan, pengumpulan, dan pengolahan sampah masih perlu ditingkatkan Selain itu, banyak masyarakat yang belum teredukasi tentang pentingnya pemilahan sampah, sehingga banyak limbah yang seharusnya bisa didaur ulang justru dibuang sembarangan, masyarakat juga perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, banyak orang masih membuang sampah tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan.
Dampak pembuangan sampah akan menjadi dampak buruk bagi lingkungan maupun kesehatan seperti pencemaran tanah sampah yang dibuang sembarangan yang mengandung bahan kimia berbahaya yang meresap ke dalam tanah, yang dapat mengganggu ekosistem mikroorganisme dan tumbuhan,pencemaran air sampah yang terbuang ke sungai atau laut dapat mencemari sumber air dengan patogen dan bahan kimia berbahaya, seperti merusak kualitas air dan mengancam kehidupan organisme air, pencemaran pembakaran sampah, terutama plastik, menghasilkan asap beracun yang mencemari udara dan dapat menyebabkan masalah pernapasan pada manusia, sedangkan dampak membuang sampah pada kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit sampah yang menumpuk menjadi tempat berkembang biaknya hama seperti lalat dan tikus, yang dapat menyebarkan penyakit seperti demam berdarah dan leptospirosis, kontaminasi air minum pencemaran sumber air minum oleh sampah dapat menyebabkan penyakit diare, kolera, dan infeksi. Salah satu strategi keperawatan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan sampah adalah pemberdayaan masyarakat ini melibatkan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat untuk memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melibatkan beberapa langkah penting yang saling terkait. Proses dimulai dengan penyadaran, di mana masyarakat diberikan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan sampah dan dampak negatif dari penumpukan sampah. Melalui sosialisasi, musyawarah, dan pembinaan, mereka diajak untuk menyadari bahwa sampah tidak hanya menjadi masalah, tetapi juga dapat memiliki nilai ekonomi jika dikelola dengan baik.
Setelah penyadaran, langkah berikutnya adalah pengkapasitasan. Pada tahap ini, masyarakat dilatih untuk memilah dan mengolah sampah menjadi produk yang berguna, seperti pupuk organik atau kerajinan tangan. Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan dan memberikan rasa percaya diri kepada masyarakat agar dapat berkontribusi aktif dalam pengelolaan sampah.
Tahap terakhir adalah pendayaan, di mana masyarakat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengelolaan sampah. Mereka didorong untuk membentuk kelompok atau komunitas yang fokus pada pengelolaan sampah, sehingga dapat saling mendukung dan berbagi pengetahuan. Dengan pendekatan ini, diharapkan masyarakat tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen yang aktif dalam menciptakan solusi terhadap masalah sampah di lingkungan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H