Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global, Indonesia memiliki tanggung jawab besar sebagai salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Ketika dunia bergerak menuju target ambisius Net Zero Emission—sebuah keseimbangan antara emisi karbon yang dihasilkan dan yang diserap—Indonesia pun diharapkan memainkan peran penting. Di tengah dinamika ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berperan sebagai penggerak utama.Â
Tidak hanya mengelola keberlanjutan sektor kelapa sawit, BPDPKS juga menjadi pionir dalam mendorong transisi menuju energi bersih, sembari memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara. Salah satu kontribusi signifikan BPDPKS terhadap perekonomian adalah melalui pungutan ekspor yang mencapai Rp32,42 triliun, melampaui target Rp30,32 triliun atau 106,92% dari target.
Bagi banyak orang, pertanyaan besar mungkin muncul: bagaimana kelapa sawit, yang sering dikaitkan dengan deforestasi, bisa berperan dalam mengurangi emisi karbon? Jawabannya terletak pada inovasi dan kebijakan strategis yang diterapkan BPDPKS, yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi tetapi juga tanggung jawab lingkungan. Melalui berbagai program, BPDPKS menjembatani antara kepentingan ekonomi Indonesia dan upaya global untuk mengurangi dampak lingkungan.
Pengembangan Biodiesel: Energi Bersih dari Kelapa Sawit
Salah satu langkah konkret BPDPKS dalam menekan emisi karbon adalah melalui pengembangan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Pada tahun 2023, volume penyaluran biodiesel mencapai 12,10 juta kiloliter, melampaui target 11,18 juta kiloliter atau setara dengan capaian 108,23%.Â
Program B30 dan B35 yang didorong BPDPKS memungkinkan campuran biodiesel dari minyak sawit dengan solar konvensional, menghasilkan bahan bakar dengan jejak karbon yang lebih rendah. Biodiesel ini bukan hanya solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional.
Selain itu, program B35 diproyeksikan dapat mengurangi impor solar hingga Rp161,25 triliun dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 34,9 juta ton CO2.
 "Implementasi B35 merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah untuk mengatasi krisis iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, pada pembukaan Talkshow Energy Corner Special-B35 Implementation di Jakarta (31/1/2023).
BPDPKS juga memberikan insentif keuangan untuk membantu menutupi selisih harga antara biodiesel dan bahan bakar fosil, sehingga semakin banyak pelaku industri dan masyarakat yang dapat beralih ke bahan bakar bersih ini. Melalui langkah ini, Indonesia dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan, sambil terus memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki.
Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR): Meningkatkan Produktivitas tanpa Merusak Lingkungan
Seiring waktu, tanaman kelapa sawit yang sudah tua mengalami penurunan produktivitas. Dalam rangka mempertahankan produktivitas tanpa harus memperluas lahan—yang sering kali berisiko merusak hutan—BPDPKS memperkenalkan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Program ini menawarkan solusi jangka panjang dengan mengganti tanaman sawit tua dengan benih unggul, sekaligus menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) yang mampu meningkatkan hasil panen tanpa merusak ekosistem.
Pada tahun 2023, BPDPKS menyalurkan dana PSR sebesar 90,21% dari target yang telah ditetapkan, membantu petani kelapa sawit skala kecil mengganti tanaman lama dengan yang lebih produktif, sehingga kesejahteraan mereka meningkat. Di sisi lain, program ini juga membantu Indonesia menjaga keberlanjutan alam dengan menghindari pembukaan lahan baru.
Riset dan Inovasi: Teknologi Hijau untuk Masa Depan Kelapa Sawit
Inovasi adalah kunci untuk memastikan masa depan kelapa sawit yang lebih hijau dan berkelanjutan. BPDPKS sangat menyadari hal ini dan terus mendanai penelitian serta pengembangan teknologi ramah lingkungan. Pada tahun 2023, BPDPKS berhasil mengelola 112 riset, jauh melampaui target awal 80 riset. Fokus mereka adalah pada pengembangan varietas unggul yang lebih efisien dan teknologi pengolahan yang minim dampak lingkungan.
Dengan dukungan riset yang kuat, BPDPKS membantu industri kelapa sawit Indonesia tetap kompetitif di pasar global, sekaligus berkontribusi pada upaya mengurangi jejak karbon. Melalui pendekatan ini, Indonesia bisa membuktikan bahwa sektor kelapa sawit dapat menjadi solusi, bukan masalah, dalam konteks perubahan iklim.
Kemitraan dan Kolaborasi: Bersama Mewujudkan Keberlanjutan
Tidak ada lembaga yang bisa berdiri sendiri dalam menghadapi tantangan sebesar perubahan iklim. BPDPKS memahami pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat. Melalui kemitraan strategis ini, BPDPKS mendorong penerapan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, sekaligus memastikan bahwa standar internasional—seperti sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)—dapat diterapkan secara luas di Indonesia.
Dengan kerjasama yang solid, Indonesia tidak hanya bisa mempertahankan posisi kuat di pasar minyak kelapa sawit global, tetapi juga menjaga agar produksi yang dihasilkan tetap sesuai dengan standar keberlanjutan yang berlaku secara internasional.
Peran BPDPKS dalam mencapai target Net Zero Emission tidak bisa diremehkan. Dengan berbagai program yang inovatif, BPDPKS berhasil menunjukkan bahwa sektor kelapa sawit bisa menjadi bagian dari solusi, bukan penyebab masalah lingkungan. Tidak hanya berfokus pada peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani, BPDPKS juga memastikan bahwa Indonesia tetap berada di jalur yang benar menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan yang seimbang antara ekonomi dan lingkungan, BPDPKS berperan penting dalam membawa Indonesia lebih dekat ke target Net Zero Emission, sekaligus menjaga kelapa sawit tetap relevan di kancah global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H