Mohon tunggu...
TA Hans Silaban
TA Hans Silaban Mohon Tunggu... Lainnya - Mocok-mocok

Sang angin yang merindu, mengharap debu menjadi kristal ... !!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Iman, Identitas Warisan yang Dibela Sampai Mati

13 September 2018   09:52 Diperbarui: 19 September 2018   09:54 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Google - Gambar Ilustrasi

Kebenaran adalah sekeping cermin yang tergantung ditangan Tuhan, yang ketika jatuh akan pecah dan hancur berkeping-keping. Artinya, kebenaran yang diibaratkan seperti kaca, jika jatuh ia akan pecah dan hancur menjadi kepingan-kepingan kebenaran.

Begitu pula dengan agama-agama yang ada, yang oleh pemeluknya diklaim sebagai jalan kebenaran. Ia ibarat cermin yang jatuh dari tangan Tuhan, kemudian pecah dan menjadi kepingan-kepingan agama, yang memiliki kebenaran pada tingkat yang sama. Pecahan itulah yang oleh setiap orang kemudian diambil untuk diimani.

Tetapi pada prakteknya, setiap orang yang memungut kepingan itu, berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh. Masing-masing mengklaim, kepingan yang mereka ambil adalah kepingan yang akan menunjukkan jalan yang paling benar. Dan hal ini menjadi salah satu karakteristik umat beragama, dimana mereka saling mengklaim kebenaran agamanya. Mereka tidak butuh pembuktian, karena tindakan ini adalah soal iman.

Manusia bisa saja memiliki hak untuk menyampaikan sabda atau firman Tuhan, tetapi ia tidak bisa bertindak bahkan mencoba menjadi Tuhan. Manusia memang berhak untuk menyampaikan sabda atau firman Tuhan, tetapi tidak berhak untuk menentukan orang, akan masuk surga atau neraka.

Perlu disadari, latar belakang dari semua perselisihan adalah, lantaran masing-masing mengklaim bahwa golongan mereka adalah golongan yang paling benar. Mereka tidak peduli bahwa semua itu adalah warisan, dan mengamini bahwa hal itu Tuhan sendiri yang mengatakan.

Jika bukan Tuhan, lantas siapa yang menciptakan mahluk yang mengimani agama lain. Lalu mereka yang tidak beragama, mengapa sampai sekarang masih dipelihara oleh Tuhan?

Pembaca yang budiman...

Semua agama dan aliran kepercayaan yang ada, tak satupun diantaranya meragukan Ke-Maha Kuasa-an Tuhan. Semua mengatakan bahwa Tuhan itu Maha Segala-galanya. Jika Ia mau, Tuhan bisa menjadikan semua sama. Agama sama, satu bangsa dan budaya yang sama. Tetapi Tuhan tidak melakukan itu, karena Ia telah menyematkan kebenaran pada perbedaan-perbedaan yang ada.

Lantas, jika suatu negara didiami oleh rakyat dengan agama yang sama, apakah hal itu akan menjamin kerukunan?

Faktanya, beberapa negara yang rakyatnya memiliki agama yang sama, budaya yang sama, mereka justru terlibat konflik yang berkepanjangan. Jadi ... agama yang sama tidak menjamin rakyat sebuah negara hidup dalam kerukunan. Tidak menjamin hidup nyaman dan juga tidak menjamin hidup dalam ketenteraman.

Ketika sentimen mayoritas-minoritas menjajah pikiran, jangan heran kalau rasa kemanusiaan akan hilang dari nurani kita. Coba kita berpikir secara perlahan, jika masing-masing agama menuntut agar Kitab Sucinya dijadikan sebagai dasar negara. Maka kita tinggal menunggu saja kehancuran Indonesia yang kita cinta ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun