Nah, mulai saat ini berhati-hatilah setiap politisi bicara soal Syariat Islam. Jangan mudah terpesona. Jangan mudah menganggap mereka tokoh Islam hanya karena bicara satu-dua ayat dan hadits. Lihat track recordmereka. Cukup sudah politisasi syariat Islam untuk kepentingan sesaat. Mereka menjual ayat Allah dengan harga yang murah.
B : apakah benar fakta dan data itu? Perlu dipertanyakan, kalaupun benar ada partai Islam mencalonkan wakil bupati atau bupati non muslim, itu adalah masalah ijtihadiyah dan khilafiyah fiqhiyah, tidak bisa dianggap penyelewengan, karena kepemimpinan yang bersifat cabang pemerintahan tertentu selevel wakil bupati atau menteri sebagian ulama membolehkannya karena ada pemimpin muslim di atasnya, wanita menjadi gubernur menurut sebagian ijtihad boleh karena bukan pemimpin mutlak dst.. Tapi kalau Non Muslim menjadi gubernur yang akan memimpin satu propinsi mayoritas Muslim ini adalah konsensus bukan khilafiyah, karena ini sudah termasuk menjadi أولياء (Pemegang Urusan, Pemimpin dan Pelindung) dan terdapat puluhan ayat yang melarangnya, bukan pendapat atau egoisme sebuah partai. Antara lain: "Hai orang beriman jugan kalian jadikan Yahudi dan Nashrani sebagai pemimpin, mereka satu sama lainnya bekerjasama, siapa di antara kalian yang menjadikannya sebagai pemimpin maka dia bagian dari Yahudi dan Nashrani itu." (QS. Al-Maidah: 51)
C: Pemimpin Wanita, Pemimpin dari Nashrani dan yahudi bukannya tidak diperbolehkan dalam Islam. Terus Pemimpin Islam yang mana yang harusnya dijadikan pemimpin. Apakah semua orang yang beragama Islam harus dijadikan Pemimpin. Apakah dari Soekarno - Jokowi Mereka semua adalah Pemimpin Islam seperti yang dikatakan oleh al Maidah ayat 51?
A: Rakyat lapar, mereka kasih ayat. Kota kumuh, mereka beri hadits. Sungai bau, mereka kasih fatwa. Politisi korup, mereka kasih khutbah. Begitulah Syariat Islam di tangan para politisi dan parpol. Tidak ada program konkrit yang mereka tawarkan selain menggunakan mimbar masjid untuk ngompol (ngomong politik)
B: Kita setuju ayat-ayat suci jangan dijadikan pemuas kepentingan pribadi dan dijual murah untuk tujuan kelompok tertentu. Tapi kalau menolak pemimpin kafir berdasarkan ayat-ayat dan pendapat para Sahabat dan Salaf sholeh,maka itu adalah wajib karena hidup umat Islam harus mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah, kalau hal-hal kecil masuk WC, makan, minum, dll, berdasarkan tuntunan ayat dan Hadits, apalagi dengan urusan besar umat ini yaitu politik dan kepemimpinan yang sangat mempengaruhi masa depan umat Islam, terbukti mereka sudah melarang kurban di sekolah, melegalkan Khamar, judi, zina merobohkan masjid, menggusur kaum dhuafa yang harusnya mereka lindungi, dsb.Â
Apakah ini bukan urusan Islam? Apakah ini hanya urusan Kiyai? Sementara sepakat Ulama bahwa amar makruf nahi mungkar adalah fardhu ain bagi orang yang mengaku muslim (QS. Ali Imran: 110, Yusuf: 108 dan HR. Bukhari dan Muslim), bukan hanya kewajiban kiyai. Bahkan Allah akan mengazab lebih dulu orang shaleh yang diam atas kemunkaran di sekitarnya termasuk mereka yang rela dipimpin orang kafir. (HR. Bukhari)
C: Dakwah adalah sunnah Rasul, Dakwah adalah yang dilakukan Rasul. Rosul melepaskan perbudakan dari perbudakan manusia dengan DAKWAH. Amar Maruf Nahi Munkar ddi negaramana yang sudah dilaksanakan. Kebaikan dan Kemungkaran sudah berteman sangat lama tidak saling menindas dan tidak saling hantam menghantam. mereka berjalan seiringan karena dengan DALIL. Kebaikan Ngompol Kemungkaran Ngompol, keduanya punya umatnya masing-masing. Siapa yang Mayoritas Siapa yang pintar main Medsos dia lah Juaranya. Kebenaran diputarbalikkan Kesalahan diputarbalikkan. Kejahatan disembunyikan Kebenaran disembunyikan. Bukankah negara kita ini indah. Maruf dan si Mungkar berjalan beriringan dan Bersahabat makin erat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H