Mohon tunggu...
Hanip Ibrahim
Hanip Ibrahim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sarjana Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran -> Laziale--> The Gunners --> Cules --> Mes que Un Sejarah --> "Belajar Memperbaiki diri dari apa yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan dirasa oleh Kulit"

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mengapa Islam Jadi Seperti Ini?

21 Oktober 2016   14:47 Diperbarui: 21 Oktober 2016   15:04 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisaa’ : 58 ).

 “Ketika datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombong­an mereka di muka bumi dan karena rencana mereka yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tidaklah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlaku­nya) sunah kepada orang-orang yang terda­hulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui pe­nyim­pangan bagi sunah Allah itu.” (Q.s. Fathir: 42-3). Milik Allah itu Sunnah bukan syariat Islam. 

Sesungguhnya Allah memuliakan dan menghinakan suatu kaum dengan al-Qur’an.” (HR. Muslim).

Maksudnya kemuliaan dan kehinaan suatu, kaum, bangsa, dan ummat sangat ditentukan oleh kadar perlakuan mereka terhadap al-Qur’an. Jika mereka memuliakan al-Qur’an maka Allah memuliakan mereka. Sebaliknya jika mereka mengabaikan al-Qur’an, maka kehinaan akan Allah timpakan kepada mereka.

A: Belum hilang pula dari ingatan kita begitu bersemangatnya aktivis Partai Dakwah di setiap kesempatan yang selalu koar-koar soal hijab syar'i ? Lantas beberapa waktu lalu kita mengetahui istri muda sang Ketua Partai Dakwah yang masih SMU tidak pakai hijab, bahkan beberapa minggu lalu seorang anggota parlemen dari partai yang sama menikahi perempuan muallaf yang juga tidak pakai jilbab.

B: Dalam Islam teladan mutlak yang dapat mempengaruhi sikap bahkan iman kita adalah Nabi SAW. Seorang ulama, Kyai dan Ustaz bukan teladan mutlak, sikap mereka bisa diikuti bisa tidak, yang benar diikuti yang salah diingkari. Karenanya Imam Malik berkata: "Setiap orang bisa diterima dan ditolak ucapannya kecuali ucapan Nabi SAW." 

Di pesantren-pesantren, Kiyai mengajarkn kita kata-kata Ali bin Abi Thalib ra: "Lihat apa yang diucapkannya jugan lihat orangnya." dan "Kebenaran harus diterima walaupun keluar dari mulut hewan." Bahkan kesalahan /kekeliruan para Nabi sekelas Ulul-Azmi sekalipun tidak melegalkan umat Islam untuk mengikuti syari'at Allah SWT, apalagi hanya seorang pimpinan partai dsb. Nabi Nuh AS pernah salah dan ditegur oleh Allah karena mendoakan anaknya yang durhaka lalu ditegur Allah, Ibrahim pernah membohongi Raja Nambruz saat menghancurkn patung, juga raja Mesir untuk menyelamatkan istrinya, Nabi Muhammad SAW yang ditegur Allah karena bermuka masam kepada Ibnu Umi Maktum yang bertanya tentang Islam, apakah dapat menjadii alasan kita untuk tidak mengikuti risalahnya dan syariat Allah??.. Tentu tidak, karna syariat ini tidak diukur dari sikap seseorang atau oranganisasi tapi dari Al Qur'an dan As-Sunnah

Kewajiban Jilbab dan lainnya bukan syariat pimpinan partai Islam dan anggotanya tapi kewajiban dari Allah SWT (QS. An-Nur: 31 dan Al-Ahzab: 59). Pelanggaran syariat secara personal muslim sangat tidak adil dan tepat bila dinilai sebagai kesalahan syariat dan menjadi alasan untuk tidak menegakkannya.
C: Bukannya Jika ada Pelanggar Berarti ada aturan yang dilanggar dan ada Petugas yang memberi hukuman Pelanggar 

A: Atau di masa silam gencar sejumlah partai Islam menolak perempuan menjadi pemimpin, namun mereka kemudian menurunkan Gus Dur dan menaikkan Mega sebagai presiden?

Atau sekarang sejumlah pihak menolak petahana ibu kota dengan alasan ayat kitab suci, tapi malah menyorongkan perempuan dari kota lain sebagai calon penantangnya, atau menyalonkan seorang tokoh dari partai Islam lainnya yang telah menikahi perempuan Filipina dan belum berjilbab.

Ada juga partai dakwah yang menerima kandidat non-Muslim di pilkada Surakarta lengkap dengan berbagai penjelasan syar'i-nya, lantas sekarang kuat sekali menolak calon non-Muslim. Mereka pakai Syariat Islam untuk menolak atau mendukung orang sesuka mereka saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun