Akankah Guru Terkalahkan?Â
Oleh: Hany SafitriÂ
"Kemanusiaan yang adil dan beradab" begitulah bunyi sila kedua dari Pancasila yang menjadi fondasi bangsa Indonesia. Dimaksudkan bahwa kita sebagai rakyat Indonesia harus mengutamakan sisi kemanusiaan kita khususnya adil dan beradab. Adil berarti kita tidak boleh timpang dalam melihat suatu permasalahan dan beradab yaitu kita harus berlaku pantas untuk menyikapi suatu permasalahan dalam situasi apa pun. Untuk apa kita berperilaku adil dan beradab? Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri (Al-Isra' : 7).Â
Begitulah jawaban Allah, hukum kausalitas itu nyata adanya. Kita ingin orang lain berbuat adil dan beradab terhadap kita, kita harus lebih dulu berperilaku adil dan beradab agar orang lain juga memperlakukan kita seperti itu. Dalam dunia pendidikan kita membutuhkan sosok yang dapat membantu kita untuk dapat mengembangkan sisi tersebut.Â
Sosok yang dapat mengajarkan adab dan tata krama (transfer of value). Kita memang bisa belajar dari media yang beragam, seperti media elektronik, internet dan cetak. Akan tetapi, media tersebut hanya bisa mengajarkan kita tentang ilmu pengetahuan( (transfer of knowledge). Alhasil jika kita lebih banyak berguru dari media-media tersebut, kita terproduksi secara terpelajar bukan terdidik. Satu-satunya 'media' yang dapat mengajarkan kita tentang kata adil dan adab, yaitu guru. Sering kita dengar guru melakukan penilaian dengan mempertimbangkan 3 faktor, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.Â
Dalam ranah kognitif (pengetahuan), guru bisa terkalahkan oleh media elektronik, internet dan cetak karena lebih beragam informasi yang di dapat dengan waktu yang singkat. Namun, dalam ranah afektif (sikap) hanya guru yang dapat mengajarkannya. Tidak mungkin media elektronik, internet dan cetak mengajarkan tentang tata cara berperilaku yang benar, sedangkan media tersebut hanya sistem dan ciptaan manusia yang tidak berakal dan berbicara. Juga dalam ranah psikomotorik (skill), hanya guru yang dapat memantau secara berkala kemampuan kita bukan media elektronik maupun cetak.Â
(25/02/2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H