dengan bahasa inggris yang terseok seok aku tanya kepada mereka kenapa mau datang ke sini, yang fasilitasnya masih sangat alam dan susah akses nya. ternyata mereka mau melihat bluefire yang hanya ada dua dunia. akupun kaget, hanya dua? yang satu di indonesia di kawah ijen, yang satu di new zealand.
setelah selesai ngobrol dengan para bule aku gabung dengan kumpulan remaja indonesia didepanku. "perjalanannya berapa lama untuk sampai di kawah?" tanyaku sambil mengatur nafas. disini sangat susah bernafas karena tekanan udara yang menipis dan udara semakin dingin. "biasanya tiga jam mbak." jawab laki-laki dengan kaos dan jeans.
setelah sampai di atas puncak kawah ijen, pukul menunjukan jam 5 pagi. jika aku gambarkan pemandangannya seperti kalian berada di sebuah auditorium pertandingan kerajaan roma zaman dulu yang melingkar dan tengahnya adalah kawah ijen dengan kilat kilat api biru. disepanjang jalan melingkar, isinya adalah para pendaki yang melempari dahan kayu kedalam kawah. "kenapa mereka buang kayyu kedalam kawah?" tanyaku kepada driver kantor. "sampean coba aja lempar kayu juga, liat nanti belerangnya nyelimutin kayu sampe jadi seperti selimur." jawabnya sambil memberikan dahan kayu kepadaku.
walaupun sudah menggunakan masker tebal, tetap terassa menyengat dihidung. kilat api biru dari kawah ternyata dari api gunung yang masih menyala yang banyak dibilang api abadi. setelah satu jam didepan kawah, aku sudah mulai terasa pusing, tapi sunrise disana keren banget. emang kalau kita sudah erada diatas gunung selalu menjadi best spot untuk lihat matahari terbit. setelah matahari terbit akupun turun kawah karena dianjurkan untuk tidak leih dari satu jam diatas kawah karena belerang yang masih kuat. anehnya saat kita turun, hanya butuh waktu satu jam saja. dan kalian tidak bisa bayangin gimana dinginnya disini pagi hari. perjalananku ke kawah ijen pun selesai. seetelah turun, saya ngobrol dulu dengan teman bule dan turun ke air belerang. air belerangnya warna hijau.
keren banget kawah ijen. mungkin nama kawah ijen masih kalah dibanding bromo dan mahameru, tapi tidak kalah kerennya. aku yang udah kesana, masih ketagihan mau kesana lagi. pokoknya kalau kesana bawa masker yang banyak supaya ngga perih hidungnya. dan bawa kamera yang bagus supaya bisa fotografi disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H